Oleh : Muhammad Arif
Radikalisme mulai menggurita, bahkan masuk ke perusahaan baik negri maupun swasta. Kaum radikal mengincar perusahaan karena para karyawan bisa punya akses untuk memanfaatkan fasilitas kantor. Yang disalahgunakan untuk menyebarkan paham radikal. Oleh karena itu, kita harus waspada akan keberadaan kaum radikal tersebut.
Ketua BNPT Komjen Pol Boy Rafly Amar menyatakan bahwa setiap karyawan hendaknya dibekali ajaran tentang mengenali paham radikal dan pencegahannya. Jika ia sudah bisa mengindikasinya, maka akan memutus mata rantai radikalisme yang berbahaya. Karena kaum teroris dan radikal sudah menyasar siapa saja, termasuk karyawan perusahaan swasta.
Boy menyatakan bahwa radikalisme adalah paham yang mendorong terorisme dan kekerasan. Kaum radikal juga terus merekrut anggota baru dan melakukan pengkaderan. Jadi, para manajer dan pemimpin perusahaan wajib waspada dan mengawasi anak buahnya. Jangan sampai mereka jadi anggota kaum radikal yang menyesatkan banyak orang.
Radikalisme di perusahaan (swasta maupun negri) berbahaya karena kaum radikal yang berhasil menyusup di sana, bisa memanfaatkan jabatan dan fasilitas dari kantor. Misalnya mereka diamanahi untuk membuat bangunan untuk fasilitas umum di desa, dalam program CSR. Namun malah disalahgunakan untuk menyebarkan ajaran radikalisme dan perekrutan.
Contoh lain penyalahgunaan fasilitas kantor adalah adanya akses internet. Bila di kantor setiap komputer tersambung dengan internet, maka oknum karyawan radikal akan memanfaatkannya. Misalnya dengan sengaja menyebarkan hoax agar persatuan rakyat terpecah. Atau mensosialisasikan bahwa jihad itu keren, padahal tidak, karena salah alamat.
Para pemimpin perusahaan tidak boleh bertindak masa bodoh dan hanya melihat hasil kerja dari karyawannya. Namun tidak meneliti apa saja kegiatan mereka. Hal ini bukan jadi pelanggaran privasi, hanya berjaga-jaga, jangan sampai mereka ternyata anggota kaum radikal. Serta bercita-cita merekrut anggota baru dari sesama karyawan atau dari rekanan perusahaan.
Jika ada karyawan yang seperti itu, tentu akan mencoreng nama baik perusahaan. Karena perusahaan bisa membuat image sebagai sarang kelompok radikal. Nama baik perusahaan akan hancur, hanya gara-gara 1 oknum karyawan nakal yang sok dan suka menyebarkan ajaran radikalisme. Oleh karena itu, seorang pegawai berhak diawasi oleh manager, apalagi jika tingkahnya mencurigakan.
Cara untuk mengetahui seorang karyawan sudah terpapar radikalisme adalah dengan melihat gerak-geriknya, bukan penampilannya. Biasanya ada yang berbeda. Jadi misalnya jika ada pegawai yang celana yang sedikit lebih pendek daripada yang lain, bukan berarti ia termasuk kaum radikal. Melainkan lihat cara bicara dan juga sosialisasinya terhadap orang lain.
Karyawan yang terpapar radikalisme biasanya semangat ketika membicarakan kejelekan pemerintah. Pegawai itu mengkampanyekan kebaikan dari negara khalifah dan memprotes, mengapa di Indonesia harus berazaskan Pancasila. Ia juga kadang keceplosan ingin ikut jihad ke luar negeri yang dianggap bisa mengumpulkan pahala yang besar dan otomatis masuk surga.
Untuk mengetahui apakah karyawan itu termasuk kaum radikal atau tidak, sebenarnya cukup mudah. Lihat saja akun media sosialnya. Jika banyak berisi konten hoax dan mengumbar keburukan dari pejabat, serta suka memaki kebijakan pemerintah, bisa jadi ia termasuk kaum radikal. Apalagi jika ia memajang foto dari dedengkot kaum radikal.
HRD perusahaan harus teliti jika merekrut karyawan baru. Periksa baik-baik dan lakukan tes psikologi hingga detail. Sehingga tahu kepribadiannya. Lihat latar belakang pergaulannya. Jangan sampai ia sudah kadung diterima, tapi ternyata termasuk kaum radikal. Malah akan membuat suasana kantor jadi kurang nyaman, karena ia hobi memprovokasi.
Radikalisme ternyata sudah menyusup ke perusahaan. Karyawan yang radikal bisa mempengaruhi pegawai lain untuk ikut ke kelompoknya, dengan menjual mimpi berupa tiket VIP ke surga. Petinggi perusahaan juga wajib waspada dan jangan sampai fasilitas kantor disalahgunakan oleh karyawan yang radikal.
Penulis adalah warganet, tinggal di Bogor