Pringsewu, lampungmediaonline.com – Kepala dinas pendidikan,kebudayaan dan pariwisata kabupaten pringsewu ,Heri iswahyudi saat di mintak tanggan terkait jual beli LKS (lembar kerja siswa) di SMP N 1 Pardasuka kabupaten pringsewu selalu menghilang atau tidak tetap waktu kerjanya. Hal tersebut terlihat dari ruang kantor kepala dinas, sketaris pendidikan, kabit dikmen, kabit dikdas, selalu kosong pada saat wartawan lampung media saat berkonfirmasi ke dinas pendidikan kabupaten pringsewu.
Hal ini diungkapkan oleh seorang staf dinas pendidikan ,kebudayaan dan pariwisata kabupaten pringsewu mengatakan bahwa pak kadis , pak sektaris, pak kabit lagi tidak ada di kantor lagi keluar” kadis dan pak kabit lagi keluar”kata staf dinas pendidikan, kebudayaan dan pariwisata, Rabu(14/9).
Dan saat wartawan lampung media mehubungi sekretaris pendidikan ,kebudayaan dan pariwisata kabupaten pringsewu, supri melalui hp seluler saat berkonfirmasi selalu tidak pernah diangkat.
Diberitakan sebelumnya Permainan tipu-tipu, pungli dan korupsi terlihat masih juga marak terjadi di dunia pendidikan dan lingkungan sekolah. Sebagaimana yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama negeri (SMPN) Pardasuka, Kecamatan Pardasuka kabupaten Pringsewu, dimana oknum Kepala Sekolah terindikasi melakukan pungli terhadap peserta didik dengan modus memperdagangkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Permendikbud nomer 2 tahun 2008 yang menyatakan setiap sekolah di larang memperjualbelikan buku paket dan lembar kerja siswa (LKS) ke anak didik. Hal tersebut terkesan tidak di hiraukan oleh SMP N 1 Pardasuka, bahkan jual beli LKS (lembar kerja siswa ) sudah berjalan semenjak tahun 2013 sampai 2016.
Hal ini diungkapkan oleh salah seorang siswa SMP N 1 Pardasuka yang engan namanya dipublikasikan mengatakan bahwa SMP N 1 Pardasuka, menjual belikan ke anak didiknya, Siswa di harus kan membeli LKS (lembar kerja siswa) seharga Rp 90.000 per semerter. “di haruskan mas membeli LKS, per buku Rp 9.000,_ dan harus beli 10 biji buku LKS per semester, itu yang nyuruh dewan guru suruh beli ke bu Nurhela guru di SMP N 1 Pardasuka” kata siswa SMP N 1 Pardasuka, jum’at (9/9).
Hal senda juga di ungkapkan oleh salah seorang wali murid mengatakan itu pun sudah terjadi semenjak tahun 2013 dulu hanya Rp 6.000 per buku. “anak saya yang pertama yang sudah lulus tahun kemarin juga di suruh beli LKS, hampir tiap tahun mas ,kalau tahun 2013 kemarin hanya Rp 6.000 per buku”kata wali murid SMP N 1 pardasuka.
Lanjutnya, kalau sekarang ini anak saya yang nomer dua ,biaya LKS di kenakan Rp 9.000 perbuku”ini yang sekolah di SMP N 1 Pardasuka anak saya yang nomer dua mas, di suruh beli LKS sembilan biji seharga Rp 90.000″ ungkap wali murid SMP N 1 Pardasuka.
Di tempat berbeda saat kami konfirmasi dengan salah seorang dewan guru SMP N 1 pardasuka ,Yani membenarkan apabila sekolahan tersebut menjual buku mata pelajaran namun bukan buku LKS (lembar kerja siswa). “kami menjual buku mata pelajaran untuk mempermudah siswa untuk belajar, dan saya pengen tanya LKS itu seperti apa”kata yani dewan guru SMP N 1 pardasuka, Sabtu(10/9).
Bahkan, yani dewan guru SMP N 1 Pardasuka terkesan melegalkan jual beli LKS dilingkungan sekolah. ” Saya rasa tidak ada masalah kami jual buku seperti ini, ini juga untuk mempermudah siswa “tegasnya.
Sementara Kepala Sekolah SMP N 1 Pardasuka, Hayadi Menyangkal adanya jual beli LKS dan selama ini tidak ada yang jual buku mata pelajaran di sekolahan. ” di sekolahan kami ini tidak ada yang jual LKS atau buku mata pelajaran lainnya “kata Hayadi kepala sekolah SMP N 1 Pardasuka.
lebih lanjut ia menegaskan, kalau memang ada yang jual LKS tentunya di luar sepengetahuan saya sebab saya juga masih baru jadi kepala sekolah di sini. “kalau ada yang jual LKS mas, tentunya bukan saya sebab selama ini tanpa ada ijin ke saya terlebih dahulu dan saya juga menjadi kepala sekolah juga masih baru mas” elaknya. (fakih).