Rasa Gelisah dan Trauma Pada Remaja

Pendahuluan

Rasa gelisah menjadi satu hal yang bisa saja dirasakan dan dilalui oleh setiap manusia. Pasalnya, perasaan merupakan hal yang lumrah pada diri setiap manusia. Perasaan gelisah artinya adanya perasaan tidak tentram, memiliki kekhawatiran, cemas, dan lain-lain (Handayani, 2010). Perasaan gelisah seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Bahkan dalam diri seorang individu perasaan gelisah dapat dirasakan secara tiba-tiba. Kegelisahaan inilah yang seringkali menghambat kegiatan individu. Bahkan perasaan gelisah ini dapat mengganggu aktivitas individu yang sedang mengalami kegelisahaan tersebut. Selain perasaan yang tiba-tiba datang, perasaan gelisah juga memiliki berbagai faktor yang dapat menimbulkan perasaan tersebut.

Kecemasan merupakan keadaan yang dapat mengakibatkan seseorang merasakan ketidaknyamanan, tidak tentram, dan kekhawatiran yang diiringi dengan gejala fisik lainnya (Walean dalam Sugiharno dkk, 2022). Perasaan gelisah rentan sekali terjadi pada orang-orang yang secara kehidupannya bergantung dengan lingkungan hidupnya. Perasaan gelisah bahkan timbul diakibatkan keadaan yang ada di sekelilingnya. Lingkungan memengaruhi segala perasaan tersebut secara luas. Keadaan lingkungan yang tidak akan memengaruhi perasaan dan jalan hidup seseorang. Hal inilah yang menjadi sumber utama kegelisahan yang dialami oleh seorang individu.

Individu yang rentan memiliki kecemasan dikarenakan trauma pada masa sebelumnya atau pada masa lalunya. Pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak dapat memicu persoalan pada fisik maupun mental (Hasanah & Ambarini, 2018). Perasaan trauma pada masa kanak-kanak akhirnya memberikan dampak yang secara langsung memengaruhi proses tumbuh bahkan cara anak bersosialisasi pada lingkungannya. Sangat disayangkan, apabila pertumbuhan seorang remaja dan karakternya terbentuk akibat perasaan traumatic yang dihadapinya semasa kanak-kanak. Bahkan perasaan gelisah yang diakibatkan traumanya masih ia bawa sampai beranjak dewasa. Pembentukan karakter ataupun lingkungan yang ia coba bentuk ketika beranjak dewasa memerlihatkan sisi negatifnya.

Lalu, bagaimana peran orang tua membentuk kembali karakter dan perilaku anak agar tumbuh tidak dalam kegelisahan ataupun hidup dikelilingi perasaan trauma? Orang tua harus mampu mengambil andil yang besar terhadap perasaan tersebut. Layaknya orang tua, orang tua berperan dalam membimbing dan membangun kembali lingkungan anak. Orang tua dapat melakukan banyak hal untuk mencegah rasa trauma itu merambat pada pertumbuhan anak ataupun perasaan trauma. Apa saja yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah dan memperbaiki rasa gelisah pada anak?

Pembahasan

Perasaan gelisah pada remaja seringkali terjadi karena sedang memasuki fase remaja dimana fase tersebut merupakan proses peralihan dari fase anak-anak ke fase dewasa (Diananda, 2018). Sehingga sangat wajar seorang anak merasakan kegelisahan yang sangat mendalam mengenai kehidupan atau bahkan tidak tahu apa yang sedang ia rasakan. Perasaan gelisah yang dirasakan oleh seorang remaja seringkali dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya atau bahkan berhubungan langsung dengan kejadian di masa yang lalu. Kejadian yang ia lihat atau alami di masa lalu memengaruhi proses pertumbuhan seseorang secara langsung. Oleh sebab itu, peran lingkungan sosial dan keluarga akan mencoba membentuk kembali perasaan aman bagi seorang remaja.

Peran penting orang tua untuk mencoba memperbaiki pertumbuhan dan membangun karakter anak. Membangun karakter anak secara langsung berarti juga membangun kejiwaan anak (Dewi, 2019). Sebenarnya untuk menentukan dan membangun karakter pada seseorang sangat diperlukan sedari dini dalam proses pembentukan tersebut. Karena hal mendasar pada proses pembentukan karakter tersebut adalah gambaran dari orang tua yang senantiasa memberikan contoh ataupun menggambarkan perilaku yang baik dan semestinya. Ketika orang tua memperlihatkan kekerasan sedari kecil, anak-anak akan terkesan meniru atau bahkan menyebabkan timbulnya rasa trauma tersebut kepada anak. Namun, saat orang tua mencoba membangun kehidupan yang damai dan baik, anak-anak akan mencoba meniru karakter tersebut. Kejadian-kejadian seperti inilah yang secara langsung memberikan dampak pada anak-anak. Anak-anak yang selalu mencoba memahami dan meniru orang dewasa yang berada disekitarnya akan melakukan hal tersebut dikemudian harinya atau malah akan takut dengan lingkungan disekitarnya.

Ketika anak-anak sudah memasuki fase remaja mereka akan mulai mempraktekan apa yang ia lihat di masa lalu. Saat inilah sikap-sikap dan karakter hasil pembentukan di masa lalu mulai diperlihatkan. Namun, juga tidak sedikit remaja yang hidup dikelilingi dengan rasa gelisah dalam menjalani kehidupannya ketika dewasa. Saat remaja inilah saat-saat yang bagus untuk membentuk ulang karakter bahkan mencoba menghilangkan perasaan gelisahnya. Hal ini dapat dilakukan melalui percobaan untuk mengontrol diri. Kontrol diri berarti proses individu untuk mengatur dan mengendalikan emosinya serta perasaan ataupun dorongan-dorongan yang ada di dalam dirinya (Hurlock dalam Faried & Nashori, 2012). Upaya untuk mengontrol diri merupakan pilihan yang dapat diambil oleh setiap manusia ketika ia mulai menyadari kegelisaham dan trauma yang ia alami sudah mulai mengganggu kehidupannya atau kehidupan orang yang berada di sekitarnya.

Tindakan lain yang dapat diambil oleh seseorang ketika menyadari bahwa perasaan gelisah dan traumanya menghambat kehidupannya adalah mencoba menangani rasa gelisah dan trauma itu kepada orang yang lebih professional. Kejadian trauma akan muncul kembali ketika seorang yang mengalami trauma tersebut berhubungan langsung dengan suatu hal seperti latar kejadian ataupun benda-benda yang berhubungan langsung dengan kejadian tersebut, sehingga penangangan yang professional seperti psikolog ataupu psikiater sangat diperlukan untuk korban-korban yang mengalami masa trauma tersebut (Hatta, 2016). Tidak ada pilihan lain ketika lingkungan sekitar sudah mencoba menghilangkan perasaan gelisah ataupun trauma tersebut, jalan satu-satunya adalah keadaan tersebut ditangani langsung oleh ahli dibandingkan harus melalui serangkaian proses panjang yang tidak menemui titik terang. Meski ditangani langsung oleh ahli, perang orang tua ataupun lingkungan sosialnya juga tetap harus memengaruhi proses penyembuhan perasaan gelisah ataupun traumati tersebut.

Penutup

Perasaan gelisah dan trauma yaitu rasa tidak aman dan nyaman ataupun kekhawatiran yang dapat menghambat kehidupan seseorang. Rasa trauma yang dialami oleh seseorang bahkan dapat berpengaruh kepada karakter dan cara seseorang dalam menjalani kehidupannya di lingkungan sosial masyarakat. Trauma bisa saja terbentuk akibat kejadian yang dialami di masa lalu ataupun kanak-kanak. Ketika saat inilah diperlukan penanganan orang tua dan lingkungan sosial untuk membentuk kembali karakter dan menyembuhkan perasaan gelisah ataupun traumatik. Selain titu, perasaan gelisah dan trauma yang sulit untuk dihilangkan harus segara ditangani oleh ahli seperti psikolog ataupun psikiater.

Referensi

Handayani, I Rahmi. 2010. Manusia dan Kegelisahan. Universitas Komputer Indonesia.

Sugiharno, & Susanto, & Wospakrik. 2022. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Mahasiswa dalam Menghadapi Tugas Akhir. Jurnal Keperawatan Silampari.

Hasanah, & Ambarini. 2018. Hubungan Faktor Trauma Masa Lalu dengan Status Mental Berisiko Gangguan Psikosis Pada Remaja Akhir di DKI Jakarta. Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental.

Diananda, Amita. 2018. Psikologi Remaja dan Permasalahnnya. Istighna Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, Volume 1, Nomor 1.

Dewi, Luh Ayu Purnami. 2019. Peranan Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter dan Tumbuh Kembang Anak. Wara Kerta Nugraha Baha-Mengwi Bandung.

Faried, & Nashori. 2012. Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kecemasan Menghadapi Masa Pembebasan Pada Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.

Hatta, Kusmawati. 2016. Trauma dan Pemulihannya. Banda Aceh: Dakwah Ar-Raniry Press.

Print Berita