PUISI-PUISI RUDI SANTOSO*
NYANYIAN RINDU
Na-nana-na.nanana
Yang telah kita lalui adalah serpihan kekosongan
Ada yang lebih indah untuk kita pijaki, yaitu masa depan mencapai angan
Nun jauh keberadaanmu, aku tak pernah berhenti berdoa untuk memilikimu secara utuh
Yakinlah doa adalah cara yang paling puitis
Isak tangis tidak akan pernah mengobati rindu yang kerap terkikis oleh jarak
Asa akan terus menyala, sayang, dan
Nyanyian rindu tidak akan pernah mempunyai cara untuk berhenti selain dengan pertemuan
Rindu menyiasati kita untuk setia
Indah pada waktunya
Namun beranikah kita melawan ombak bersama.?
Dengan rasa curiga dan sakit hati
Untukmu yang ingin kupinang menjadi kekasih halalku, aku rindu-mu
Yogyakarta, 2018
DI REL ITU
Kita pernah meminta pertemuan
Di rel katamu
Sambil menutup percapakan di telpon itu
Matamu tajam
Aku gemetar
Bulan dan bintang
Meng-indahkan pertemuan
Suasana pecah
Pecah seperti tangis bayi
Tangis bayi yang kita elukan
Di rel itu
Kita mencipta hening
Tanpa kata
Hanya pelukan yang semakin erat
Kereta tiba
Melepas pelukan
Lalu kita pulang
Dengan membawa bekas ciuman
Dimasing-masing bibir kita
Yogyakarta, 2018
BAYANGAN
Tumpukan buku di kamar tiba-tiba jatuh
Aku terbangun dengan rasa kantuk yang setengah utuh
Baju kotor berserakan
Nyamuk-nyamuk berkeliaran
Lemari bajuku penuh tulisan
Tulisan tentang rasa cinta dan rindu
Pada langit kamarku
Yang bocor bila hujan
Selepas bangun tidur aku selalu terbayang wajahmu
Apakah kau juga demikian, sayang.?
Udara di kamar kadang panas
Kopi tak nikmat
Membawa gelisah pada hati yang mangaung rindu
Rindu adalah gelisah yang tidak pernah selesai
Rindu adalah perkara sulit untuk dimusnahkan
Rindu adalah bayangan-bayangan yang sulit dilupakan
Pada senja yang indah terbayang wajahmu
Pada malam yang bergemintang, di langit terlukis wajahmu
Pada sepertiga malam aku mendoakannmu
Padamu aku selalu terbayang
Bayangan tentang hati yang damai dalam pelukan
Pelukan yang tak pernah ingin dilepas
Melepasmu adalah perihal kebodohanku yang mencintaimu
Yogyakarta, 2018
AKU TIDAK INGIN KEHILANGANMU BEGITUPUN CINTAKU
Aku tidak ingin kehilangamu begitupun cintaku
Bunga-bunga telah tumbuh dengan indah
Tinggal kau menyiramnya, maka jangan pergi meninggalkan gelisah
Harapku kau menjadi kekasih bukan hanya petuah
Petuah tentang hidup yang kosong
Aku tidak ingin kehilanganmu begitupun cintaku
Jangan lempar aku pada tempat yang sunyi
Sunyi yang mengasingkan kehidupan
Kehidupan yang tidak mengajarkan bahagia
Bahagia yang diharapkan oleh banyak orang
Tegakah dirimu, sayang?
Bila aku terluka dan tak bahagia
Aku tidak ingin kehilanganmu begitupun cintaku
Aku ingi mengobati luka-lukamu
Ketika hidupmu terhimpit oleh waktu
Bingung tak menemukan arah tujuan
Kehilanganmu aku tersiksa
Segelas kopi tidak cukup untuk mengobati luka
Puisi-puisi akan menyusup
Kedalam tubuhku yang kosong
Membawaku ketempat yang paling menyeramkan
Yaitu sepi dan kesunyian
Aku tidak ingin kehilanganmu begitupun cintaku
Karena kehilanganmu adalah hilang yang tidak tau jalan pulang
Jalan menuju ketenangan
Dan salah satu ketenangan ketika kamu ada untukku
Yogyakarta, 2018
RINDU AKAN PUITIS KALAU SALING MERINDU
Kita sama-sama gelisah
Karena rindu meminta peluk dan kecup basah
Kita meng-amini itu
Kita saling mendoakan
Sekalipun jarak memisahkan
Karena jarak bukanlah persoalan
Jangan bicara persoalan rindu
Jika hanya merindu dengan sendiri
Karena rindu yang puitis ketika keduanya seling merindu
Yaitu aku dan kamu
Yogyakarta, 2018
AKU TANYAKAN KEPADA SIAPA LAGI SELAIN KEPADAMU YANG KUCINTAI
Apakah kau mendengar apa yang dikatakan hatiku
Dedaunan yang jatuh
Jatuh mengering
Lalu terbakar
Apakah kau mengerti dengan yang kurasakan
Diam dalam gelisah
Gelisah tanpa kata
Kata-kata hilang diantara paras cantikmu
Apakah kau mengerti dengan sunyi hatiku
Membenci keadaan
Keadaan yang memasungku dengan luka
Sunyi itu luka
Sunyi itu siksa
Menyiksa batin
Dengan air mata
Dengan gundah gulana
Apakah kau mengerti bahwa mencintaimu adalah luka dan bahagia
Luka tanpa pakabar rindumu
Luka saat kau memalingkan wajah
Bahagia kala kau mengucapkan
“Denganmu aku ingin bersama
Bahkan dengan luka dan air mata sekalipun”
Bahagia dikala kau juga mencintaiku
Mencintai tanpa memaksa
Karena memaksa akan menyiksa
Yogyakarta, 2018
CINTA, DOA, PUISI
Cintaku bukan hanya sekedar cinta
Cintaku adalah doa dan puisi
Doa-mendoakanmu untuk menyinari gelap
Sedangkan puisi sebagai pelelapmu untuk tidur
Doaku adalah cinta
Karena doa adalah perihal mencintai
Mencintai diri sendiri dan orang lain
Termasuk mencintaimu
Puisiku bukan hanya sekedar puisi
Yang pandai merayu saja
Puisiku adalah cinta dan doa
Mencintai dengan ketulusan hati
Mendoakan untuk menjadi kekasih yang setia
Dengan keadaan apapun yang kupunya
Yogyakarta, 2018
JOGJA
Jogja itu istimewa
Orang-orang tidak ingin kehilangan mimpinya
Gemuruh lautnya membawa banyak cerita tentang cita dan cinta
Juga tentang kenangan yang sulit dilupa
Ah. lipatlah kesedihan itu karena Jogja tempat melukis canda dan tawa
Yogyakarta, 2018
BIBIR
Sudah mengecup
Gairah tamat
Diujung bibir ada tangis kekasih
Aku lemas
Bibir penuh luka
Esok masih ada
Kekasih masih ketagihan
Setan pergilah
Jogja 2016
PETUAH KEKASIH PADA MUSIM LAPAR
Aku kota yang penuh kecamuk
Dilupakan tuan dan puan yang berlibur di negeri orang
Ikutlah kau bersamanya, sayang
Aku ingin berbaring pada kelaparan, mencuri berkah Tuhan
Tapi kembalilah setelah musim lapar itu selesai
Sebab aku bukanlah kota yang penuh kecamuk
Yang tidak mampu berbuat apa-apa setelah ditinggal tuan dan puan
Aku bukan ibu yang mengandung 9 bulan
Merasakan sakit yang berkesudahan setelah melahirkan
Setelah kau merasakan kenikmatan dan tidak segera kembali
Sakit ibu kurasakan dan kebencian akan menikam
Bila musim lapar berkesudahan
Aku akan kembali menjadi ladang yang siap kau panen
Sayang, bawalah pedang yang kuasah dari kelaparan
Kelaparan yang merobek amarah, mengajari tentang aroma sorga
Yang begitu sulit untuk kita labuhi
Pada perjalan kau akan menegrti bahwa manusia hidup dengan keangkuhan yang di penjara Pikiranya, sulit mengalah dan berkecil hati
Berdoalah pada musim kelaparan segala keangkuhan itu akan lebih mudah hilang dari pikiran
Yogyakarta, 2016
BIODATA:
*Rudi Santoso, lahir di Sumenep Madura. Mahasiswa Sosiologi UIN Yogyakarta. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Humaniora Park Cabang DIY. Berkat karya-karya puisinya terpilih sebagai mahasiswa yang mengispirasi 2016 dan 2017 FISHUM UIN SUKA. Nominasi 100 puisi terbaik tingkat asia tenggara oleh UNS 2017. Beberapa puisinya termaktub dalam, Secangkir Kopi Untuk Masyarakat (2014), Sajak Kita (Gema Media 2015), Surat Untuk Kawanan Berdasi (2016), Ketika Senja Mulai Redup (2016,) Moraturium Senja (2016), dan juga tersiar disurat kabar, Media Indoneisa, Kedaulatan Rakyat, Republika, Pikiran Rakyat, Haluan Padanng, Solo Pos, Minggu Pagi, Medan Bisnis, Jurnal Asia Medan, dll. Buku puisi tunggalnya “Kecamuk Kota” (Halaman Indonesia 2016).(Red/Sior)