Bandar Lampung, www.lampungmediaonline.com – Tiga Mahasiswa Universitas Lampung (Unila) membuat inovasi produk ramah lingkungan untuk meningkatkan produksi udang vaname khususnya di Provinsi Lampung. Inovasi tersebut dengan memanfaatkan bakteri Bacillus sp. yang dikultur pada media teknis molase (tetes tebu) untuk dapat meningkatkan pertumbuhan udang vaname atau disingkat “PETE BULE”.
Ketiga mahasiswa tersebut yaitu, Ayu Novitasari (Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Perairan), Hefi Afizena Elvazia (Fakultas Keuruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi) dan Ricky Nur Iskandar (Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Perairan).
“Provinsi Lampung sebenarnya mempunyai potensi budidaya perikanan dan tambak yang sangat besar, menurut hasil kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Lampung Triwulan II Tahun 2015 disebutkan bahwa Lampung juga mempunyai lahan potensial untuk pembesaran ikan dan pembenihan udang dengan luas mencapai 61.200 ha, salah satunya adalah budidaya udang vaname.
Udang vaname merupakan udang yang digemari masyarakat luas dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Keberadaan udang vaname mampu melebihi produksi udang jenis lain seperti udang windu, karena produktifitasnya yang tinggi dan masa panen yang lebih cepat, serta tahan terhadap penyakit. Keberadaan udang vaname saat ini mengalami berbagai permasalahan, seperti terserangnya penyakit, dan penurunan kualitas air sehingga menyebabkan pertumbuhan udang terganggu. Melihat permasalahan tersebut maka perlu adanya inovasi dalam bentuk produk untuk dapat meningkatkan produksi udang vaname,” kata Ayu, Ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Unila.
Dalam inovasi ini kami berupaya bagaimana cara untuk dapat meningkatkan produksi udang vaname dengan menggunakan bakteri Bacillus sp. yang dikultur pada media teknis molase (tetes tebu) yang ramah lingkungan, mengingat selama ini para petani tambak menggunakan teknik sedimentasi dengan kolam tandon air untuk menyimpan air, pemakaian kincir air untuk meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut dan penggunaan bahan kimia untuk mengantisipasi hama dan penyakit. Namun, upaya tersebut belum memberikan hasil yang optimal dalam meningkatkan hasil produksi udang. Sehingga alternatif solusi yang dapat digunakan yaitu dengan penggunaan probiotik dengan bakteri Bacillus sp..
Selain itu Bakteri Bacillus sp. biasanya dikultur pada media SWC (Sea Water Complate), namun ada beberapa kelemahannya seperti tidak ekonomis dan hanya dapat dikultur pada skala laboratorium. Untuk itu kami berupaya mencari media alternatif lain untuk menggantikan SWC yang lebih ramah lingkungan, lebih ekonomis dan dapat dikultur pada skala semi massal yaitu media teknis molase,”ujarnya.
“Dengan adanya inovasi ini diharapkan produksi udang vaname akan meningkat, biaya produksi tidak terlalu besar (lebih ekonomis) selama memelihara udang sehingga dapat meningkatkan penghasilan,” tambah Ayu.(lis/red)