Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia

Islam bukan hanya agama yang mengajarkan tentang ibadah dan keimanan saja. Melainkan mengajarkan bagaimana menjalankan kehidupan yang harmonis dengan prinsip syariah. Ekonomi Syariah memiliki lembaga keuangan syariah untuk mengkoordinasikan keuangan masyarakat yang sesuai dengan syariah islam. Dalam islam uang tidak menghasilkan apa-apa. Bunga (riba) dilarang, maka dengan demikian bank dan lembaga keuangan syariah mengoperasikan produknya disesuaikan dengan syariat islam, yaitu tidak mengandung unsur riba. Sebagai pengganti riba adalah nisbah bagi hasil yang telah disepakati.

Asuransi syariah mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1994 dengan berdirinya Asuransi Tafakul Indonesia. Hingga April 2023, aset asuransi di Indonesia mencapai Rp. 45.72 triliun, meskipun terjadi penurunan kontribusi bruto sebesar -6.91% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini terutama disebabkan oleh beberapa faktor eksternal, seperti ketidakpastian politik dan kontraksi investasi.

Menurut UU No. 40 Tahun 2014, asuransi adalah perjanjian antara perusahaan asuransi dan pemegang polis untuk memberikan penggantian atas kerugian yang dialami pemegang polis. Berbeda dengan asuransi konvensional, asuransi syariah menggunakan prinsip tolong-menolong dan tanggung jawab bersama, yang dikenal sebagai tafakul.

Praktek asuransi syariah sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Asuransi merupakan budaya dari suku Arab kuno. Praktik asuransi yang disebut dengan aqilah-aqilah ini secara sederhana dapat diartikan sebagai saling memikul dan bertanggung jawab atas keluarga (Arisandi & Abadi 2022). Praktik aqilah sama halnya dengan praktik asuransi, iuran yang diberikan kepada ahli waris korban sama dengan pertanggungan.

Menurut terminologi asuransi syariah adalah sebagai salah satu cara untuk menanggulangi terjadinya musibah dalam kehidupan, dimana manusia selalu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya musibah yang menyebabkan hilangnya atau berkurangnya keuntungan ekonomi seseorang baik terhadap diri sendiri, maupun perusahaan yang diakibatkan oleh meninggal dunia, kecelakaan, sakit dan hari tua. Menurut UU No. 2 Tahun 1992 asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih.

Asuransi syariah menawarkan perlindungan finansial dengan tetap mematuhi prinsip syariah, seperti larangan riba dan gharar. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2, yang menganjurkan umat islam untuk saling tolong- menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

Sejarah asuransi syariah di Indonesia dimulai dengan berdirinya PT Asuran Tafakul Indonesia pada tahun berikutnya 1994. Asuransi ini diperkenalkan sebagai alternatif yang sesuai dengan syariat islam, dengan tujuan memberikan perlindungan finansial dan mengelola risiko tanpa melanggar prinsip-prinsip islam.

Fungsi utama asuransi syariah adalah mengurangi risiko, memberikan perlindungan terhadap kerugian, serta memastikan dana dikelola secara amanah. Selain itu, asuransi syariah juga berfungsi sebagai alat manajemen risiko dan pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi aktif dalam sistem tabarru.

Perusahaan ini terus berupaya memperluas layanan asuransi berbasis syariah dengan berbagai produk, seperti perlindungan kesehatan, perencanaan pendidikan dan persiapan pensiun. Tafakul keluarga beroperasi dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas, serta diawasi oleh OJK. Perusahaan ini juga telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008 yang menunjukkan komitmen terhadap standar mutu yang tinggi.

Kesimpulan

Asuransi syariah di Indonesia menunjukkan perkembangan yang menjamin, meskipun terdapat dalam hal penurunan kontribusi bruto dan risiko investasi. Namun, asuransi syariah tetap memiliki potensi besar untuk tumbuh, terutama dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi sesuai dengan prinsip syariah. Upaya regulasi yang lebih kuat serta edukasi kepada masyarakat diperlukan untuk mendukung perkembangan asuransi syariah di masa depan.

Oleh :  Afifah Nur Azizah mahasiswi STEI SEBI.

Print Berita