Oleh : Edi Jatmiko
Meski pandemi belum berakhir, namun penanganannya terus diperbaiki oleh pemerintah. Salah satu buktinya adalah jumlah pasien yang sembuh meningkat. Selain itu, kombinasi obat Covid-19 sudah ditemukan dan langsung didistribusikan ke banyak Rumah Sakit. Masyarakat juga kompak dalam menangani Corona dan tertib menaati protokol kesehatan.
Melki Laka Lena, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI menyatakan bahwa penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia mengalami perbaikan. Hal itu dilihat dari tingkat kesembuhan pasien yang tinggi. Mereka telah dirawat di RS dan tidak mengeluarkan biaya, karena sudah ditanggung pemerintah via BPJS. Hal ini juga menunjukkan perhatian pemerintah terhadap rakyatnya.
Menurut data tanggal 20 juli 2020 yang dihimpun oleh tim satuan tugas penanganan Covid-19, maka total pasien Corona di Indonesia ada 86.521, dan yang sembuh adalah 45.401 orang. Jika dilihat dari statistik, bukan berarti sisanya adalah korban jiwa.
Karena mereka masih dalam tahap perawatan dan isolasi di Rumah Sakit yang ditunjuk oleh pemerintah.
Jumlah pasien yang meninggal adalah 4.143, tak sampai 5% dari jumlah penderita Corona.
Perbandingan antara pasien yang sembuh dengan yang meninggal sangat jauh. Jangan menyalahkan pemerintah, apalagi menganggap mereka mengkomersilkan pasien Covid-19. Karena pemerintah sudah berusaha keras menolong para pasien, bahkan menanggung biayanya.
Masih menurut Melki, ada 3 parameter yang menunjukkan perbaikan penanganan Corona. Yang pertama, kemampuan pemerintah dalam melakukan penanganan dan pelacakan virus Covid-19. Selama ini pemerintah sudah menggencarkan tes spesimen dan pelacakan pada orang tanpa gejala. Tujuannya agar mengetahui apakah ada pasien Corona baru dan segera diobati.
Hasil dari perbaikan penanganan adalah jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia, makin kecil. Ketika RS penuh, maka pemerintah pusat mengubah gedung Wisma Atlet jadi Rumah Sakit sementara untuk menampung pasien Corona, jadi mereka bisa lekas diatasi. Pengobatan dan pelacakan pasien adalah hasil kolaborasi dari Nakes dan anggota TNI dan Polri.
Parameter kedua adalah kesadaran masyarakat untuk menaati protokol kesehatan. Saat ini semua orang tertib memakai masker kain, masih ditambah dengan pemakaian face shield. Masker dan face shield mudah dibeli di mana-mana dan harganya juga cukup terjangkau. Masyarakat juga tertib dalam menjaga jarak dan rajin mencuci tangan, atau memakai hand sanitizer.
Walau sudah ada sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan, namun masyarakat tidak gentar. Karena mereka selalu ingat untuk memakai masker kain dan menaati aturan yang lain. Sudah sering juga ada pembagian masker gratis di pinggir jalan, yang biasanya diberikan oleh aparat. Masyarakat juga membawa hand sanitizer bahkan membuatnya sendiri ketika stoknya langka.
Parameter ketiga adalah sinergi masyarakat dalam menangani Corona. Jika ada yang sakit Covid-19, maka segera menelepon RS agar cepat diatsi. Saat banyak orang mendadak jadi pengangguran, masyarakat saling membantu dengan memberi sembako di papan donasi. Mereka juga turut mengawasi jika ada pembagian bansos pemerintah, agar tidak terjadi kecurangan.
Masyarakat waspada menghadapi penularan Covid-19 dengan cara menutup portal di kampung dan perumahan, jadi orang luar susah untuk masuk. Di depan gerbang disediakan wadah cuci tangan, bahkan ada bilik disinfektan. Ada pula mobil keliling yang menyemprot disinfektan ke bagian depan rumah. ini adalah inisiatif masyarakat dalam mencegah Corona.
Pemerintah berusaha keras menangani Corona dengan berbagai cara, seperti mengeluarkan protokol kesehatan dan mencegah kematian pasien. Para pasien dirawat dengan gratis, jika punya kartu BPJS. Masyarakat juga taat dalam mematuhi protokol kesehatan dan membantu pemerintah dengan inisiatif membuat baksos dan pembagian masker.
Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini