Oleh : Ilham Kurnia
Pandemi covid-19 sangat berdampak pada perekonomian di Indonesia. Kondisi ini membuat mahasiswa jadi kesulitan membayar uang kuliah, karena orangtuanya mengalami penurunan finansial akibat dirumahkan oleh perusahaan. Pemerintah membantu mereka agar bisa kuliah lagi, dengan mengucurkan dana hingga 1 Trilyun.
Kondisi ekonomi negeri ini masih belum bangkit akibat dihantam badai corona. Krisis di bidang kesehatan berefek ke bidang ekonomi. Tak hanya rakyat kecil yang menjerit, namun juga kalangan menengah yang bisnisnya sepi atau dipecat dari perusahaan. Kondisi ini berefek pada anak mereka yang kuliah, karena kesulitan saat akan membayar uang kuliah tunggal.
Pemerintah berusaha menyelamatkan masa depan para mahasiswa dengan memberikan bantuan dana uang kuliah tunggal melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebanyak 419.605 mahasiswa akan diberi uang sebesar 2,4 juta rupiah. Total anggaran yang dikeluarkan pemerintah sebesar 1,007 trilyun rupiah, dan sebagian besar untuk kampus swasta.
Profesor Ir. Nizam, Dijen Dikti Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa pemerintah tidak ingin kampus-kampus ditutup, karena tak ada mahasiswa yang kembali ke sana (karena tidak ada dana). Oleh karena itu, diberikan bantuan untuk ratusan ribu mahasiswa se-Indonesia. Jangan sampai mereka putus kuliah dan hanya punya ijazah SMU.
Menurut Abdul Kahar, Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, mahasiswa yang akan mendapat bantuan adalah yang kuliah di semester 3,5, dan 7 dan perekonomian keluarganya terkena dampak corona. Selain itu, mereka tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah berupa Kartu Indonesia Pintar.
SPP mahasiswa atau yang sekarang dikenal dengan istilah uang kuliah tunggal memang tidak seperti 10 atau 20 tahun lalu yang dipukul rata. Sekarang besaran UKT tergantung dari gaji orang tua. Semakin besar pendapatannya tentu UKT juga semakin tinggi. Namun ketika orang tua mereka harus dirumahkan saat pendemi, tentu akan sangat kesulitan dalam membayarnya.
Oleh karena itu, langkah pemerintah dalam memberikan bantuan kepada mahasiswa sangat baik. Kita tentu tidak ingin mahasiswa jadi berhenti kuliah gara-gara badai corona. Jika jumlah mahasiswa di kampus menurun, akan terjadi efek domino. Pebisnis kos-kosan, penjual makanan di kampus dan sekitarnya, pemilik usaha fotokopian, akan kehilangan pelanggan.
Memang tidak semua orang yang memasukkan anaknya untuk belajar di kampus berasal dari kalangan menengah ke atas. Banyak juga rakyat jelata yang bermodal beasiswa atau augn sakunya pas-pasan, dan berjuang agar bisa kuliah di universitas.
Merekalah yang dijadikan sasaran bantuan uang kuliah dari pemerintah, agar bisa belajar dengan lancar.
Saat awal pandemi, kampus memang diliburkan untuk sementara dan pembelajaran dilakukan secara online.
Namun ada mahasiswa yang juga masih kesulitan mengikutinya karena kesulitan biaya. Seperti Roland, mahasiswa di NTT yang terpaksa meminjam HP karena gawainya rusak. Mahasiswa seperti Roland ini yang seharusnya mendapat bantuan.
Bantuan dari pemerintah diharap bisa meringankan beban dari orang tua mahasiswa agar mereka bisa melanjutkan kuliah. Mereka adalah calon pemimpin bangsa, oleh karena itu sangat layak untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah. Bantuan ini segera diberikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dan akan dibagi secara bertahap.
Mahasiswa juga harus memanfaatkan bantuan ini untuk membayar UKT. Jangan sampai dibelikan barang konsumtif. Hargailah bantuan dari pemerintah dan jangan sampai Kemendikbud kehilangan kepercayaan.
Bantuan pemerintah untuk para mahasiswa diharap bisa meringankan beban keluarganya untuk membayar uang kuliah tunggal. Karena masih banyak masyarakat yang kesulitan keuangan karena efek corona. Semoga dengan adanya uang ini, UKT bisa dibayar tepat waktu dan mahasiswa bisa menamatkan studinya sampai sarjana.
Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini