BANDARLAMPUNG, LM – Pengamat politik dari FISIP Universitas Lampung Dr Syarief Makhya MP menilai pengalaman koalisi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus menjadi pelajaran untuk memperbaiki pemerintahan ke depan.
“Artinya, koalisi harus dibangun oleh kesamaan visi untuk membangun Indonesia yang lebih baik dan komitmen itu harus didukung oleh platform politik yang sama di antara yang berkoalisi serta didukung oleh kekuatan politik di DPR,” ujarnya di Bandar Lampung melalui kantor berita Antara, Minggu, 13 April 2014.
Selain itu, format politik ke depan juga harus ada pemisahan yang jelas siapa yang berkuasa dan siapa yang mengontrol. “Jangan sampai koalisi membangun kompromi politik dan menghilangkan esensi kontrol terhadap penguasa,” katanya.
Dengan kata lain, kata dosen FISIP Unila itu, harus ada partai yang memposisikan diri sebagai partai yang mengontrol penguasa pascapilpres. “Saya prediksi peta koalisi untuk pencalonan presiden dan wakil presiden akan berdasarkan alasan pragmatisme politik dan cenderung lebih rasional mempertimbangkan potensi dukungan riil,” katanya.
Menurut Syarief, dalam hal koalisi calon presiden itu hanya PDI Perjuangan yang kemungkinan bisa mengusung pasangan capres-cawapres tanpa harus koalisi.
Sementara secara terpisah Partai Demokrasi Indonesia – Perjuangan (PDIP) membeberkan tentang konsep tentang seorang calon wakil presiden (cawapres) yang menjadi pendamping calon presiden (capres) Joko Widodo atau Jokowi pada Pemilu 2014 mendatang.
“Konsep dasar pertamanya ialah, presiden itu kan manusia dia pasti punya kelebihan dan kekurangan. Maka seharusnya seorang cawapres itu harus mampu mensinergikan antara kekurangan dan kelebihan capres kami,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Tubagus Hasanudin, di Kota Bandung, Minggu, 13 April 2014 seperti dilansir kantor berita Antara.
Konsep yang kedua, lanjut Tubagus, seorang cawapres yang akan mendampingi capres Jokowi harus memiliki proyeksi pembangunan selama lima tahun ke depan di bidang sosial, politik, ekonomi dan pertahanan keamanan.
“Proyeksi dia untuk lima ke tahun ke depan harus jelas. Kemudian masalah poltik luar negeri. Sehingga kita butuh pasangan yang bisa sinergi, mampu membawa bangsa kepada sejahteraan dan kemajuan,” kata dia.
Selama ini, lanjut Tubagus, jajaran pengurus di tingkat DPP PDI Perjuangan telah melakukan “silahturahmi” kepada tokoh parpol lainnya dalam rangka “kerjasama” Pemilu Presiden 2014. (sbc/R2)