Penulis :
Novita Wibowo (Mahasiswa) dan Susni Herwanti, S.Hut., M.Si.(Dosen Kehutanan)
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Secara harfiah deforestasi biasa diartikan sebagai kehilangan hutan. Terkait dengan deforestasi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 70 tahun 2017 tentang tata cara pelaksanaan reducing emission from deforestation and forest degradation, role of conservation, sustainable management of forest and enhancement of forest carbon stock. Mendefinisikan sebagai perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan.
Sedangkan kita tahu bahwa hutan memiliki fungsi sebagai sistem penyangga berbagai sumber kehidupan makhluk hidup. Kerusakan hutan dapat mengakibatkan bencana serta kerugian. Kerusakan hutan dengan seluruh makhluk hidup di dalamnya pun secara tidak langsung kita telah berkontribusi dalam peningkatan pemanasan global.
Kerusakan hutan akibat deforestasi yang terjadi khususnya di Kalimantan telah menimbulkan masalah perubahan iklim serta pemanasan global. Kerusakan hutan ditimbulkan berbagai macam bentuk yang bisa disebabkan oleh proses alam maupun ulah manusia.
Hutan memiliki fungsi yang sangat vital bagi keberlangsungan makhluk hidup di bumi. Pasti kita pernah mendengar bahwa hutan merupakan paru-paru dunia. Disana tersimpan begitu banyak elemen untuk kehidupan seperti air, sumber oksigen, habitat magi banyak satwa, dan masih banyak lagi. Yang menjadi sorotan terkait deforestasi hutan adalah keanekaragaman hayati. Memang benar bila hutan di Indonesia ini sangat kaya. Berbagai tumbuhan, pohon, dan hewan-hewan ada disana. Hutan sudah seperti rumah bagi mereka. Bayangkan saja jika hutan yang merupakan tempat mereka hidup dan mencari makan ditebang habis-habisan. Kepunahan bukanlah suatu dongeng belaka, bukan? Sumatra dan Kalimantan adalah pulau di Indonesia yang kaya akan hutan. Namun setiap tahunya, jumlah hutan-hutan tersebut semakin menyempit karena adanya deforestasi. Perkebunan kelapa sawit digadang-gadang menjadi penyebab utama berkurangnya hutan di pulau tersebut. Berkurangnya jumlah hutan menyebabkan punahnya spesies tertentu dan tentu hal ini bukan yang kita harapkan.
Uang tidak tumbuh di pohon, tetapi dengan menebangnya telah membantu banyak orang di dunia menjadi lebih kaya. Sejak awal abad ke-20 manusia telah merampok sumber daya ini hampir seolah-olah mereka tidak terbatas. Dampak dari deforestasi ini dunia sekarang ini harus menanggung isu atau permasalahan lingkungan yang berat, seperti kekeringan yang sangat buruk.
Lalu apakah ada solusi finansial jika kita tidak mengandalakn dari hutan dan jika kita tidak menebang hutan?
Sayangnya pertanyaan itu belum bisa terjawab. Banyaknya manusia justru semakin berlomba-lomba untuk melakukan penggundulan hutan, penebangan hutan dan mungkin alih fungsi lahan hutan. Hal ini semua tentunya tidak terlepas dari masalah perut yang di hadapi manusia. Rakus dan haus akan uang menjadikan manusia gelap mata untuk melihat dampak yang akan timbul dari kegiatan deforestasi. Alasan atau faktor lain yang mendukung kegiatan deforestasi adalah, tingginya harga jual kayu dari pohon-pohon yang diyakini memiliki nilai jual yang bagus. Lalu adakah hal yang bisa dilakukan agar deforestasi tidak dijadikan sebagai lahan pekerjaan yang menghasilkan ekonomi?
jawabannya, mungkin saja pemerintah harus membuka lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya, lebih aware dengan masyarakat yang ada di pedalaman yang rentan melakukan deforestasi dan bisa juga mempertegas hukuman terhadap oknum yang melakukan deforestasi. Memang, keuntungan dari pohon ini sangat tinggi. Namun, kita tidak bisa menggunakan atau mengeksploitasinya secara besar-besaran guna kepentingan perut pribadi.