Di akhir musim 2013 Marquez cuma unggul empat poin atas Jorge Lorezo dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP. Jumlah kemenangan Marquez memang lebih sedikit dibanding pesaing utamanya itu, tapi Marquez jauh lebih konsisten dan tidak bernasib nahas harus mengalami kecelakaan serta dihantam cedera.
Marquez pun menjadi rookie pertama yang jadi juara dunia setelah yang terahir terjadi di tahun 1978 silam. Sepanjang musim, penunggang Honda itu memang tampil sangat meyakinkan, dengan meraih 16 finis di atas podium – termasuk enam kemenangan – dari 18 seri yang digelar.
Setelah berhasil mengatasi tekanan demi tekanan sebagai pendatang baru, perjuangan Marquez semakin berat saat musim mendekati akhir. Diskualifikasi yang diterima di Australia dianggap menjadi hantaman besar buat pemuda kelahiran Barcelona itu. Namun berkat mental dan semangat juang tinggi dia bisa mempertakankan posisi puncak klasemen sampai balapan pamungkas di Valencia.
“Saat kami membuat kesalahan besar di Australia, orang normal akan merasa sangat-sangat marah, meneriaki dan lantas menyalahkan tim. Tapi Marc justru sebaliknya. Di Minggu malam itu kami sudah makan malam bersama dan dia tertawa serta mencoba membuat semua orang merasa rileks,” sahut Wakil Presiden HRC, Shuhei Nakamoto.
“Dia sudah terlihat berada di depan saat di Motegi dan Valencia, dan itu merupakan salah satu karakternya yang istimewa. Dia terlihat seperti memimpin tim ini.”
“Saya terkejut karena dia bocah yang baru 20 tahun. Jadi saya benar-benar terkejut. Jika dia berusia 25 atau 28 maka itu bisa dipahami, tapi dia masih 20 tahun. Sudah memiliki kualitas pemimpin dan itu sangat impresif,” lanjut Nakamoto di MCN.