Penulis:
Tantowi Gunawan Napitupulu (Mahasiswa)
Rusita, S.Hut., M.P. (Dosen)
Instansi: Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
*PENDAHULUAN*
Dalam beberapa tahun terakhir, thrifting atau belanja barang bekas telah menjadi tren yang semakin populer di kalangan masyarakat, terutama di kalangan anak muda. Gerakan ini tidak hanya menciptakan dampak positif pada ekonomi, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pelestarian lingkungan, termasuk aspek kehutanan.
*ISI*
Thrifting merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi produksi barang baru, yang pada gilirannya dapat mengurangi kebutuhan akan bahan baku, termasuk kayu dari hutan. Produksi tekstil dan berbagai produk konsumen seringkali melibatkan penebangan hutan untuk mendapatkan bahan mentah seperti serat alami dan kayu. Dengan membeli barang bekas, masyarakat secara tidak langsung mengurangi permintaan terhadap produk baru, sehingga mengurangi tekanan pada sumber daya hutan.
Selain itu, thrifting juga membantu mengurangi limbah padat yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Barang-barang bekas yang masih layak pakai bisa mendapatkan kehidupan baru melalui thrift shop, alih-alih dibuang dan mencemari lingkungan. Hal ini mendukung prinsip ekonomi sirkular yang mengedepankan pengurangan limbah dan pemanfaatan ulang sumber daya yang ada.
*PENUTUP*
Thrifting bukan hanya tren semata, tetapi sebuah gerakan yang memiliki dampak luas terhadap pelestarian lingkungan, termasuk kehutanan. Dengan memilih untuk membeli barang bekas, kita tidak hanya berkontribusi pada ekonomi berkelanjutan, tetapi juga ikut serta dalam upaya melindungi hutan dan mengurangi jejak ekologis. Thrifting, dalam konteks ini, menjadi langkah kecil yang dapat membawa perubahan besar bagi masa depan bumi yang lebih hijau.(*)
