Opini

Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern 

Oleh :

Muhammad Lutfi

Mahasiswa Teknik Pertanian Universitas Jambi

 

Generasi muda merupakan penerus bangsa, dimana peran generasi muda sangatlah Diharapkan dan di nanti oleh lingkungan sekitar baik di daerah maupun hingga ke lintas negara. Generasi muda merupakan aset Negara di masa depan karena generasi muda memiliki tugas Untuk melanjutkan pembangunan bangsa dan negara, generasi muda sesungguhnya menjadi Tumpuan masyarakat untuk merealisasikan tujuan pembangunan baik material maupun spiritual.

Tulisan ini akan membahas tentang generasi muda Indonesia di abad 21. Ada dua fenomena penting yang menjadi sorotan yaitu kepanikan moral yang terjadi akibat memudarnya norma tradisi dan agama serta kerapuhan mental yang muncul bersamaan dengan revolusi teknologi dan komunikasi. Dua fenomena ini akan didiskusikan dalam prisma perubahan sosial, ideologi, dan formasi identitas. Penulis berargumen bahwa generasi muda Indonesia merupakan kelompok sosial yang paling rentan di tengah struktur kehidupan yang cair namun ketat. Hal ini disamping akan meruntuhkan harapan tentang masa depan yang lebih baik juga menjadikan generasi muda tidak memiliki rumah identitas yang stabil.

Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan, yakni keinginan untuk melawan (misalnya dalam bentuk radikalisme, delinkuensi, dan sebagainya) dan sikap yang apatis (misalnya penyesuaian yang membabi buta terhadap ukuran moral generasi tua). Sikap melawan mungkin disertai dengan suatu rasa takut bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang. Sementara itu, sikap apatis biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap masyarakat.

Generasi muda biasanya menghadapi masalah sosial dan biologis. Apabila seseorang mencapai usia remaja, secara fisik dia telah matang, tetapi untuk dikatakan dewasa dalam arti sosial masih diperlukan faktor-faktor lainny. Dia perlu banyak belajar mengenai nilai dan norma-norma masyarakatnya. Pada masyarakat bersahaja hal itu tidak menjadi masalah karena anak memperoleh pendidikan dalam lingkungan kelompok kekerabatan. Perbedaan kedewasaan sosialbdengan kematangan biologis tidak terlalu mencolok, posisinya dalam masyarakat antara lain ditentukan oleh usia.

Lain halnya dengan masyarakat yang sudah rumit , terdapat pembagian kerja dan pengotakan fungsional bidang-bidang kehidupan. Kecuali terhadap pekerjaan fisik, masyarakat tidaklah semata-mata menuntut adanya kemampuan-kemampuan fisik, tetapi juga kemampuan dibidang ilmiah. Maka, kemungkinan timbul ketidakseimbangan antara kedewasaan sosial dengan kedewasaan biologis, terutama didalam proses modernisasi. Dalam situasi demikian, seorang pemuda merasa dirinya telah dewasa secara biologis, tetapi secara social belum .

Memang, didalam masyarakat sederhana meningkatnya usia berarti meningkatnya kebijaksanaan seseorang, yang merupakan ukuran bagi pengalaman-pengalamannya karena kedudukan-kedudukan penting di duduki oleh orang-orang yang telah berusia. Dalam masyarakat yang sudah kompleks, kemajuan seseorang ditentukan oleh kemampuan, bukan oleh senioritas.

Pada masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, generasi muda seolah-olah terjepit antara norma-norma lama dengan norma-norma baru (yang kadang-kadang belum terbentuk). Generasi tua seolah-olah tidak menyadari bahwa sekarang ukurannya bukan lagi dari segi usia, tetapi kemampuan. Akan tetapi, persoalannya adalah bahwa generasi muda sama sekali tidak diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya, setidak-tidaknya demikianlah pendapat mereka.

Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya karena pada periode itu, seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak, untuk menuju ketahap selanjutnya, yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Pada waktu itu dia memerlukan bimbingan, terutama dari orang tua nya.

Di kota-kota besar di Indonesia, misalnya di Jakarta, acapkali generasi muda ini mengalami kekosongan lantaran kebutuhan akan bimbingan langsung dari orang tua itu kurang atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan karena keluarga mengalami disorganisasi.

Pada keluarga yang secara ekonomis kurang mampu, keadaan tersebut disebabkan karena orang tua harus mencari nafkah sehingga taka da waktu sama sekali untuk mengasuh anak-anaknya. Sementara itu pada keluarga yang mampu, persoalannya adalah karena orang tua terlalu sibuk dengan urusan-urusan diluar rumah dalam rangka mengembangkan prestise. Keadaan tersebut ditambah lagi dengan kurangnya tempat-tempat rekreasi , atau bila tempat-tempat tersebut ada biayanya mahal. Perumahan yang tidak memenuhi syarat tidak mampunya orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Usaha-usaha tersebut kemudian ditampung didalam organisasi-organisasi formal dimana dinamika sosial generasi muda mewujudkan diri dengan penuh. Ikut serta nya generasi muda dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat merupakan bagian dari suatu gejala (yang lebih luas lagi dari perasaan tidak puas). Didalam organisasi-organisasi itulah terwujud cita-cita dan pola kehidupan baru. Cita-cita tentang kebebasan dan spontanitas, aspirasi terhadap kepribadian dan lain sebagainya.(*)

LAMPUNGMEDIAONLINE.COM adalah portal berita online dengan ragam berita terkini, lugas, dan mencerdaskan.

KONTAK

Alamat Redaksi : Jl.Batin Putra No.09-Tanjung Agung-Katibung-Lampung Selatan
Telp / Hp: 0721370156 / 081379029052
E-mail : redaksi.lampungmedia@gmail.com

Copyright © 2017 LampungMediaOnline.Com. All right reserved.

To Top