Memang cuma Marquez dan Lorenzo yang terlibat persaingan ekstra sengit. Rivalitas antara keduanya juga diselingi drama mulai dari kecelakaan yang dialami Lorenzo di Belanda dan Jerman sampai diskulaifikasi Marquez di Australia.
Pada akhirnya hanya empat poin yang kemudian jadi pembeda keduanya di klasemen akhir. Marquez menjadi juara dunia MotoGP termuda sepanjang sejarah, sebuah prestasi gemilang mempertimbangkan dia baru tahun ini terjun di kelas tersebut.
“Itu kejuaraan yang sangat kompetitif dan pada akhirnya tidak pernah sebelumnya ada tiga pebalap asal Spanyol berebut gelar hingga momen-momen terakhir. Mendapat kemenangan paling banyak tapi cuma jadi runner up, itu terasa pahit. Pertama karena kami layak jadi juara, tapi Anda tidak bisa bilang apa-apa karena Marc mengejutkan kita semua dan membuat kami kesulitan. Dia sudah tangguh sejak balapan pertama,” sahut Marquez di Marca.
“Dia pemenang yang fair. Berstatus rookie, memenangi enam balapan dan selalu naik podium…faktanya dialah yang layak mendapatkannya. Kadang Anda menang dan kadang Anda kalah, Anda haru bisa menerima kekalahan. Bagaimanapun itu pertarunga bersejarah antara Marquez dengan saya. Dan saya bangga bisa menjalaninya di hidup saya,” lanjut pebalap 26 tahun itu.
Untuk musim depan, Lorenzo berharap Yamaha terus berinovasi dalam mengembangkan motor. Tahap awal untuk mendapatkan motor yang lebih baik sudah dimulai saat mereka menyediakan sasis baru untuk dipakai di Valencia.
“Kami harus terus mengembangkan motor dan tidak tertidur, karena Honda juga akan memulai dari level yang sangat baik.”
“Di Valencia kami mencoba beberapa sasis berbeda dan itu memberikan perasaan yang bagus, tapi masih ada elemen yang lebih buruk dibanding musim lalu. Kami harus fokus pada pengereman,” sahut Lorenzo.