Kolaborasi Pra Endosgi Membentuk Karakter Peserta Didik dalam Bazar Kuliner Akulturasi

www.lampungmediaonline.com – Alhamdulillah, agenda bazar kuliner akulturasi (nusantara dan mancanegara) kelas X SMA SMART Ekselensia Indonesia berjalan dengan lancar. Agenda ini terwujud atas semangat dan kerja cerdas para peserta didik serta kerja sama para pejuang pendidikan di sekitar Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa (LPI DD).

Bazar kuliner akulturasi merupakan pembelajaran aplikatif dari kolaborasi empat mata pelajaran yang terintegrasi. Adapun empat mata pelajaran tersebut adalah Prakarya, Ekonomi, Bahasa Indonesia, dan Sosiologi (Pra Endosgi). Pembelajaran aplikatif ini, selain kolaborasi juga menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning. Contextual Teaching and Learning ini merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi dengan kehidupan nyata peserta didik sebagai anggota masyarakat. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran tersebut peserta didik mencari, mengelola, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret dalam kehidupan di masyarakat.

Kolaborasi yang terintegrasi memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik dalam materi “proposal dan negosiasi” pada mata pelajaran bahasa Indonesia, “pelaku ekonomi” pada mata pelajaran Ekonomi, “pola hubungan antarkelompok dalam masyarakat” pada Sosiologi, dan Wirausaha kerajinan dengan inspirasi Budaya nonbenda pada mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Peserta didik tidak hanya belajar teori, tetapi mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

Perjalanan yang dilalui peserta didik dalam pembelajaran CTL memang melelahkan, tapi InsyaAllah juga menyenangkan. Peserta didik mengajukan proposal dan bernegosiasi untuk memperoleh investor yang berkenan berinvestasi pada kegiatan bazar. Dalam proposal, peserta didik merincikan biaya yang dibutuhkan dan menjelaskan produk (makanan dan minuman akulturasi nusantara/ mancanegara) yang akan dibuat dan diperdagangkan pada bazar. Dalam hal ini merupakan aplikatif dari mata pelajaran B.Indonesia, Ekonomi, dan Sosiologi. Untuk dapat meyakinkan calon investor ketika mengajukan proposal dan dapat memberikan argumen yang kuat dalam bernegosiasi, peserta didik terlebih dahulu mempraktikkan pembuatan produk. Hal ini merupakan aplikatif dari pembelajaran Prakarya dan Sosiologi.

Dalam pencarian investor, peserta didik tidak langsung serta-merta disetujui. Mereka pun merasakan ditolak proposalnya, seseorang tidak bersedia untuk diajak kerja sama sehingga mereka harus mengajukan proposal dan bernegosiasi lebih dari satu kali. Selain itu, dalam pembuatan produk akulturasi pun ada yang gagal sehingga perlu berpikir ulang. Namun, Alhamdulillah, tidak tampak kekecewaan di Wajah mereka. Mereka tetap semangat. Sungguh luar biasa perjuangan sang pembelajar sejati.

Setelah memperoleh investor, peserta didik membuat surat kesepakatan kerja sama dengan investor dan memperoleh investasi. Investasi pun dibelanjakan untuk kebutuhan membuat produk. Produk dibuat dan diperdagangkan pada saat bazar oleh peserta didik. Selesai bazar, peserta didik membuat laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan kepada investor. Dan peserta didik mengembalikan investasi beserta keuntungan kepada investor. Adapun persentase keuntungan bagi investor dan pengelola sesuai dengan surat kesepakatan kerja sama. Untuk menanamkan kepedulian kepada sesama manusia dan membiasakan berinfak ketika memperoleh rejeki, keuntungan yang diperoleh peserta didik 50% disumbangkan untuk anak yatim/marginal.

Alhamdulillah, kerja cerdas dan jerih payah dari peserta didik  dapat  bermanfaat untuk sesama. Semoga pembelajaran ini menjadi bekal peserta didik dalam bermasyarakat dan dapat membentuk jiwa dan kepribadian akhlakul kharimah sehingga dapat menjadi ladang pahala bagi para pejuang pendidikan yang dapat memudahkan jalan menuju surga, aamiin.(*)

Print Berita