Geliat Metro

KLH Terus Optimalkan Fungsi RTH Bagi Masyarakat

Metro, www.lampungmediaonline.com – Dalam rangka mendukung keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah Kota Metro, Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Metro terus optimalkan sosialisasi. Bahkan sosialisasi dilakukan melalui berbagai media seperti seminar, tulisan artikel, website dan sosial media bahkan media cetak.

Kepala kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Metro Yerri Noer Kartiko mengatakan, dengan keberadaan RTH yang ideal, maka tingkat kesehatan warga menjadi baik, karena dapat mengurangi kadar polutan seperti timah hitam dan timbal yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Polutan melayang di udara dengan ketinggian kurang dari 1 meter dari tanah, maka tidak heran jika berdampak buruk terhadap kesehatan terutama anak-anak.

“Kegiatan yang dilaksanakan dalam mendukung RTH adalah sosialisasi mengenai pengelolaan sampah (3R dan Bank Sampah) dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (DAS dan Kawasan Lindung),” ucapnya kepada Kupas Tuntas di ruang kerjanya, Kamis (3/11).

Lebih lanjut ia mengatakan, parameter yang menentukan luas ketersediaan ruang terbuka hijau, bukan hanya luas wilayah namun juga jumlah penduduk (masyarakat). Sebab menurutnya, jumlah wilayah bisa saja tetap, tetapi jumlah penduduk  bisa banyak berubah. Ini terkait dengan supply and demand oksigen/udara yang baik untuk bernafas.

“Perlu pendekatan demographic engineering untuk mencegah terjadinya penambahan luas kawasan kumuh di Kota Metro. Optimalisasi kemampuan sumber daya yang dimiliki oleh Kota Metro sebaiknya diarahkan untuk masyarakat Kota Metro, bukan justru tersita untuk menanggulangi kekumuhan yang disebabkan oleh tidak terkendalinya laju urbanisasi,” katanya.

Sebab menurutnya, keberadaan RTH memiliki tiga fungsi  penting yaitu ekologis, sosial-ekonomi dan evakuasi. Fungsi ekologis RTH yaitu dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro. Fungsi sosial-ekonomi untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai landmark kota. Sementara evakuasi berfungsi antara lain untuk tempat pengungsian saat terjadi bencana alam.

Sementara guna mendukung fungsi ekologis seperti ketersediaan air, tentunya membutuhkan Peta Air dalam tanah juga pola aliran air. Artinya, Perlu dirumuskan kembali solusi alternatif selain sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air. Untuk membangun instalasi sumur bor dan penampungannya (reservoir), satu hal terpenting yang harus dipertimbangkan adalah kepastian posisi pengeboran. Untuk memastikan posisi yang tepat, sekali lagi diperlukan peta air dalam tanah. Tanpa peta tersebut, pengeboran bisa saja jadi sia-sia.

“Selainj itu, pola aliran sekaligus jalur arah aliran air dalam tanah bisa diketahui. Jika ternyata ditemukan bahwa jalur aliran air dalam tanah sudah berubah, yang disebabkan oleh pergerakan atau pergeseran lempengan dasar bumi, hal itu juga harus dijadikan pertimbangan,” ucapnya.

Sedangkan, tambahnya lagi, untuk kebutuhan konservasi air dalam tanah, harus dipertimbangkan pemanfaatan air sungai melalui teknologi pemurnian yang kemudian menjadi salah satu pelayanan unit kerja pelayanan air bersih. Selanjutnya, alternatif lain adalah dengan melakukan pemanenan air hujan.

“Kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana ruang terbuka di atas drainage dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk ruang terbuka. Misalnya di atas drainage dipasang kawat atau besi penghalang, yang kemudian dapat digunakan untuk menyimpan pot-pot bunga atau tanaman, atau melakukan aktivitas ekonomis atau kreatif lainnya,” ujarnya. (rud)

LAMPUNGMEDIAONLINE.COM adalah portal berita online dengan ragam berita terkini, lugas, dan mencerdaskan.

KONTAK

Alamat Redaksi : Jl.Batin Putra No.09-Tanjung Agung-Katibung-Lampung Selatan
Telp / Hp: 0721370156 / 081379029052
E-mail : redaksi.lampungmedia@gmail.com

Copyright © 2017 LampungMediaOnline.Com. All right reserved.

To Top