Bandar Lampung, www.lampungmediaonline.com – Rakata Institue merilis hasil survei kandidat bakal calon Gubernur Lampung yang diukur sejak bulan Mei hingga Desember 2017, Senin, 11/12/2017. Dari hasil survey tersebut, elektabilitas Mustafa menempati urutan tertinggi dibandingkan dengan tiga kompetitor lainnya yakni, Herman HN, Arinal Djunaidi bahkan Petahana M Ridho Ficardo sekalipun.
Mustafa memperoleh 18,25% dengan kenaikan elektabilitas +3,25%. Elektabilitas Herman HN 17,75%, Arinal 14,75%, dan Ridho 12%.
Direktur Eksekutif Rakata Institut Eko Kuswanto mengatakan, survei dilakukan dengan menggunakan metode penarikan sampel secara acak berstrata dengan melibatkan 400 responden dari populasi calon pemilih yang terdaftar pada DPT KPU Lampung.
“Responden terpilih diwawancarai lewat tatap kuka oleh pewawancara yang telah dilatih. Sosialisasi masif Mustafa dalam satu semester ini telah menempatkannya masuk menjadi sosok populer jelang Pilgub Lampung 2018,” kata Eko Kuswanto di D’MC Coffe.
Semua populasi pemilih di Lampung, Menurutnya, memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai responden. “Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan toleransi kesalahan sebesar 5 persen,” jelasnya.
Sementara untuk tingkat popularitas, petahana (M Ridho Ficardo) masih unggul mencapai 94,00%. Sedangkan kejutan datang dari Mustafa diposisi kedua (79%), menyalip Herman HN yang berada diposisi ketiga (78,75%), disusul Arinal Djunaidi (78,00%).
Publikasi hasil rilis survei ini menghadirkan perwakilan kandidat, Ridho diwakilkan Sony Zainhard Utama, Herman HN diwakilkan Rahmat Husein, Mustafa diwakilkan M Yunus, dan Arinal diwakilkan Heri Wardoyo dan Yuhadi.
Jelang Pilgub Lampung 2018 mendatang, tingkat kepuasan terhadap kinerja Gubernur Lampung M Ridho Ficardo hanya 36,25 persen. Artinya, sebanyak 64 persen masyarakat Lampung tidak puas dengan kinerja Ridho. Secara kuantitatif hal ini relatif rendah karena berada di bawah 50 persen.
Dari survei rakata Institut, sebanyak 70,25 persen masyarakat Lampung menginginkan sosok gubernur baru. Sedangkan 12 persen masyarakat tidak menginginkan, dan sisanya tidak tahu.
“Tren keinginan publik memiliki gubernur baru dari bulan Mei hingga Desember konsisten pada level 50 persen, dan secara elektoral angka ini tidak aman karena lebih dari separuh pemilih menghendaki gubernur baru,” tandasnya.(*)