Opini

Hubungan Pelajaran SKI dengan Kecerdasan Kognitif Siswa SMA Kelas 12

Oleh : Kurniawati Rahima Poetri Syavira

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Malang

 

Pada dunia pendidikan, masalah kecerdasan kognitif siswa khususnya dalam tingkat Aliyah/sederajat merupakan permasalahan yang sering menjadi sorotan mengingat kognitif ini menjadi salah satu aspek kemampuan yang mesti dimiliki siswa selain kemampuan afektif dan psikomotorik. Beragam persoalan yang menyangkut kecerdasan kognitif akibat dari proses pembelajaran yang bersifat monoton dan cenderung membosankan sehingga mematikan daya kognitif siswa. Hal inilah yang terjadi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Tinggi rendahnya pemahaman siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tentunya akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa

Guru merupakan factor penting dalam pendidikan, karena itu guruHarus memiliki perilaku dan kemampuan untuk mengembangkan pesertaDidiknya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensiYang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpaBantuan guru, selain itu pendidikan juga merupakan prosesTransinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melaluiUpaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan danPengembangan potensinya untuk mencapai keselarasan dan kesempurnaanHidup di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, hasil belajar yang dicapai olehSiswa sangat erat kaitannya degan rumusan tujuan instruksional yangDirencanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh kemampuanGuru sebagai perangcang (designer) belajar-mengajar. Untuk itu guru di Tuntut menguasai taksonomi hasil belajar yang selama ini di jadikan Pedoman dalam perumusan tujuan instruksional yang tidak asing lagi bagi Setiap guru di mana pun ia bertugas

Kemampuan kognitif siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam . Siswa merupakan salah satu unsur dalam proses belajarMengajar dansekaligus sebagai obyek dari tujuan pengajaran. AgarPengajaran PendidikanAgama Islam di sekolah berhasil dan berlansungSecara efisien, maka kemampuan kognitif atau kesiapan mental siswa perlu Terus di latih.Istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain Atau wilayah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental Yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan Informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan

Mengaju kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam Komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan maupun Memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya Sehingga struktur dan aturannya dapat lebih yang satu dengan yang Lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi dari Pada aspek pemahaman maupun penerapan

Menurut Neisser bahwa Istilah cognitive (kognisi) berasal dariKata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. DalamArti luasnya berarti perolehan, penataan, dan penggunaan Pengetahuan.

Jadi, kognitif adalah suatu aspek yang dimiliki yangMenunjukkan pengetahuan yang dapat merefleksikan intelligensiSeseorang.Jadi kemampuan kognitif merupakan kemampuan yangBerkaitandengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap Orang Memiliki persepsi tentang pengamatan atau penyerapan suatu obyek. Berarti menguasaisesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya Terbentuk suatu persepsi, danpengetahuan itu diorganisasikan secara Sistematik untuk menjadi miliknya. Setiap saat bila diperlukan, Pengetahuan yang dimilikinya itu dapat direproduksi

 

  1. Teori Belajar Kognitif

Pengertian Teori Kognitif TEORI BELAJAR KOGNITIF Istilah Cognitive berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.

Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Karakteristik Teori Kognitif Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri.

Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif

  • Jean Piaget, teorinya disebut Cognitive Developmental Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap:
  • Tahap sensory motor. Yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana. Tahap pre operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Tahap concrete operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. 4 Tahap formal operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir kemungkinan.

Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang dengan lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan informasi yang baru diterima.dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya. Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

  • Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive,iconic dan simbolic.pembelajaran enaktif mengandung sebuah kesamaan dengan kecerdasan inderawi dalam teori Piaget. Pengetahuan enaktif adalah mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek melakukan pengatahuan tersebut daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik sangat mungkin paham bagaimana cara melakukan lompat tali ( melakukan kecakapan tersebut), namun tidak terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata, bahkan ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran.

Pembelajaran ikonik merupakan pembelajaran yang melalui gambaran; dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak mereka. Anak-anak sangat mungkin mampu menciptakan gambaran tentang pohon mangga dikebun dalam benak mereka, meskipun mereka masih kesulitan untuk menjelaskan dalam kata-kata. Pembelajaran simbolik, ini merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui representasi pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan pengalaman tersebut. Sebagaimana namanya, membutuhkan pengetahuan yang abstrak, dan karena simbolik pembelajaran yang satu ini serupa dengan operasional formal dalam proses berpikir dalam teori Piaget. Jika dikorelasikan dengan aplikasi pembelajaran, Discoveri learningnya Bruner dapar dikemukakan sebagai berikut: Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Self-curiousity (keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman.

Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur yang ada. Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan pengenalan. Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan kemampuan secara enaktif, ekonik, dan simbolik. Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan instruksional sebagai arah informatif. Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan bertanggung jawab memungkinkan kemajuan.

  • Teori Belajar Bermakna Ausubel. Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David Ausubel. Pengertian belajar bermakna Menurut Ausubel ada dua jenis belajar : (1) Belajar bermakna (meaningful learning) dan (2) belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning). Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar siswa menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri semuanya. Malah, ada bahaya bahwa siswa yang kurang mahir dalam hal ini akan banyak menebak dan mencoba-coba saja, tanpa menemukan sesuatu yang sungguh berarti baginya. Seandainya siswa sudah seorang ahli dalam mengadakan penelitian demi untuk menemukan kebenaran baru, bahaya itu tidak ada; tetapi jika siswa tersebut belum ahli, maka bahaya itu ada. Ia juga berpendapat bahwa pemerolehan informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-hal tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari oleh siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan gurunya.

Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Belajar seharusnya merupakan apa yang disebut asimilasi bermakna, materi yang dipelajari di asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya.

Untuk itu diperlukan dua persyaratan:

  1. Materi yang secara potensial bermakna dan dipilih oleh guru dan harus sesuai dengan tingkat perkembangan
  2. Pengetahuan masa lalu peserta didik.

Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna, faktor motivasional memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya. Sehingga hal ini perlu diatur oleh guru, agar materi tidak dipelajari secara hafalan. Berdasarkan uraian di atas maka, belajar bermakna menurut Ausubel adalah suatu proses belajar di mana peserta didik dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar pembelajaran bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa.

Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa teori belajar kognitif diatas, meskipun samasama mengedepankan proses berpikir, tidak serta merta dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran sekarang maka harus benar-benar diperhatikan antara karakter masing-masing teori dan kemudian disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya. Implikasi Teori Kognitivistik dalam Pembelajaran Dalam perkembangan setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivisme ini yaitu: Teori perkembangan piaget, teori kognitif Brunner dan Teori bermakna Ausubel.

 

Ketiga teori ini dijabarkan sebagai berikut: Teori Kognitif Piaget Brunner Ausubel Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap: (1) Asimilasi (2) Akomodasi (3) Equilibrasi Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap: (1) Enaktif (aktivitas) (2) Ekonik (visual verbal) (3) Simbolik Teori bermakna Ausubel. Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap: a.memperhatikan stimulus yang diberikan b.memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

  1. Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu mata pelajaran Yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/Peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi Muhammad SAW. Pada periode makkah dan madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik (650 – 1250 M), abad pertengahan (1250-1800 M), dan sampai pada kebangkitan (1800 M- sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.Jadi, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah satu mata Pelajaran yang menggambarkan bagaimana perkembangan, asal-usul, Dan peranan kebudayaan atau peradaban agama Islam dimasa lampau.

Sejarah dan peradaban Islam merupakan bagian penting yang tidak Mungkin dipisahkan dari kehidupan kaum muslimin dari masa ke masa. Dengan Memahami sejarah dengan baik dan benar, kaum muslimin bisa bercermin untukMengambil banyak pelajaran dan membenahi kekurangan atau kesalahan guna Meraih kejayaan dan kemuliaan dunia dan akhirat. Sejarah merupakan jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa Kini, yang merupakan tempat belajar bagi para generasi penerus agar dapat Memandang ke masa silam, melihat ke masa kini, dan menatap ke masa depan.

 

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa masing masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan. Sebagai misal, Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa justeru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna.

LAMPUNGMEDIAONLINE.COM adalah portal berita online dengan ragam berita terkini, lugas, dan mencerdaskan.

KONTAK

Alamat Redaksi : Jl.Batin Putra No.09-Tanjung Agung-Katibung-Lampung Selatan
Telp / Hp: 0721370156 / 081379029052
E-mail : redaksi.lampungmedia@gmail.com

Copyright © 2017 LampungMediaOnline.Com. All right reserved.

To Top