Saat ini Indonesia menghadapi ancaman masuknya penyakit African Swine Fever (ASF) yang sudah mewabah di Tiongkok, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar. Informasi terakhir, diduga ASF ini juga terjadi di Filipina, sehingga semua pihak harus waspada dan bersiap menghadapi ancaman ini.
Untuk penanganan khusus Peningkatan Kewaspadaan terhadap ASF Dirjen PKH menerjunkan tim di Sulawesi Utara pada tanggal 12-14 September 2019.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) I Ketut Diarmita menerbitkan Surat Edaran Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 30062/PK.310/F/08/2019 tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap ASF, mengharapkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melakukan kolaborasi dan juga mengkomunikasikan dengan lintas sektor.
Ancaman ASF ini bukan menjadi masalah di jajaran Ditjen PKH saja, namun harus menjadi perhatian juga bagi para pemangku kepentingan lain seperti Karantina Hewan. Untuk itu diperlukan kerja sama yang semakin erat antara Ditjen PKH, Badan Karantina Pertanian, dan instansi terkait lain dalam hal pencegahan PIB khususnya ASF dengan menyepakati SOP dan teknis berbagi informasi dan pelaporan.
Merebaknya kasus ASF di Asia Tenggara dan Asia Timur dan saat ini telah menyebar sampai ke Negara Philipina sebagaimana diketahui bahwa penyakit ini cepat menular dan dapat mematikan ternak babi dan menyebabkan kerugian ekonomi sangat tinggi.
Pengawasan di pintu-pintu pemasukan diperkuat, khususnya di wilayah-wilayah daerah pariwisata dengan penerbangan internasional langsung seperti Bali dan Manado yang juga memiliki populasi babi yang banyak, peningkatan surveilans terpadu berbasis risiko dan kemampuan untuk deteksi kasus, perbaikan biosekuriti peternakan, serta bagi masyarakat agar segera melaporkan kepada pemerintah apabila ada perubahan pola/peningkatan kematian babi pada wilayah/peternakannya.
Tindakan Operasional Pencegahan ASF; melaksanakan Petemuan Koordinasi Kewaspadaan terhadap ancaman masuknya ASF ke Provinsi Sulawesi Utara, melakukan penelusuran bahan baku pakan ternak babi dari limbah/sisa makanan dari bandara/pelabuhan juga restoran di peternakan babi di kabupaten/kota dan sekaligus dilaksanakan sosialisasi kepada peternak tentang ASF, melaksanakan koordinasi dengan pihak Ke Syahbandaran Pelabuhan Bitung dan Angkasa Pura untuk penempatan petugas pengawasan.
Melakukan pembinaan dengan Komunikasi Informasi dan Edukasi dengan menggunakan alat peraga keras seperti leaflet, spanduk, dan brosur, Koordinasi dengan Legislatif (Anggota DPRD), Karantina Pertanian Kelas 1 Manado, Asosiasi Peternak Babi Sulut, Pelaku Usaha, Karantina Pertanian. Mengupayakan pelaporan kematian ternak di atas 5 % telah menggunakan sistem ISIKHNAS dan merespon dengan cepat dugaan penggunaan bahan makanan sisa penerbangan pada peternakan babi.
Gilbert Wantalangi, Selaku Tokoh masyarakat sekaligus Ketua Asosiasi Peternak Babi Sulawesi Utara mendukung penuh kolaborasi Penanganan penyakit African Swine Fever (ASF) yang sudah mewabah di berbagai negara Asia. Asosiasi Peternak Babi Sulut siap membantu upaya apapun untuk penangan penyakit ASF, juga sangat Mengapresiasi dan berterimakasih atas perhatian pemerintah Khususnya Dirjen Peternakan dan Kesehatan hewan yang terjun langsung dalam penanganan penyakit ASF.
Selain ancaman PIB seperti ASF, Indonesia juga harus mewaspadai ancaman kasus penyakit-penyakit yang ada di Indonesia seperti rabies, Avian Influenza, Brucellosis, antraks, bahkan penyakit seperti Japanese Encephalitis dan malaria. Kegiatan surveilans terpadu, penguatan biosekuriti, dan pengawasan lalu lintas mutlak diperlukan dalam upaya mencegah, mendeteksi, dan mengendalikan.
Terlibat langsung dalam penanganan ASF di Sulawesi Utara; Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) I Ketut Diarmita, Direktur Kesehatan Hewan Drh. Fajar Sumping Tjatur Rasa Ph.D, Kasubdit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan; drh. Arif Wicaksono, M.Si, drh. Dollik Donando.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Daerah Provinsi Sulawesi Utara: Ir. Novly G. Wowiling, M.Si; Kepala Bidang Peternakan: Dr. Ir. Henny J. Kambey, M.Si;Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veterinar: Ir. Sjenny E. Kalangi Kepala Seksi Produksi dan Pakan Ternak: Ir. Abram S. MukuanKepala Seksi PPH Peternakan: Ir. Maria M. Ndahawali, M.Si
Kepala UPTD Laboratorium Keswan dan Kesmavet: Drh. Hanna O. Tioho, M.Sc, Kepala Sub Bagian Tata Usaha: Fany Korengkeng, S.Pi, M.Ak, Kepala Seksi Keswan: Ir. Imelda Damima, Kepala Seksi Kesmavet: Ir. Jeny Rauan. (Red)