Sastra

BERALIH NIAT

Oleh

Hanni’atul Musfida M.A.E

 

Perkenalkan nama aku fatma nadzifa az-zahra biasa dipanggil fatma, saat ini usia ku memasuki 15 tahun itu artinya aku mulai menginjak bangku SMA, dan mulai gegana akan melanjutkan pendidikan kemana.

Ibu: pokoknya SMA harus mondok lo ya

Aku: iya-iya bu ( dalam batin: aku pun sudah memikirkannya)

Namun seketika itu akupun bingung harus melanjutkan pendidikan dimana, akhirnya aku mencari info, tanya kesana kemari kepada teman-teman, dan kemudian aku bertanya kepada salah satu temanku,

Aku: hey ma kamu mau lanjut sekolah dimana?

Rahma: aku lanjut di pondok pesantren Darussalam Yogyakarta, kamu mau ikut?

Aku: oh ya boleh-boleh, tapi aku tanya dulu sama nyak babe.

Rahma: oke deh

Esoknya aku langsung menemui bapakku dan bertanya,

Aku: pak kalo aku sekolah di Jawa gimana pak, boleh nggak?

Bapak: walah bapak juga mau menawarkan begitu

Aku: kalo di Darussalam gimana pak?

Bapak: bapak sudah menentukan ndok sampean lanjut sekolah dimana

Aku: dimana pak?

 

Bapak: di Yogyakarta pondok pesantren Annur, disana ada qiraah sab’ah jadi bapak tertarik untuk menempatkan mu disana.

Aku: owalah, ya sudah iya pak. (dengan pasrah aku menjawab yang usulanku tidak di acc)

Esok hari ketika aku sedang bersantai diruang tv bersama ibu, sembari membahas hal kemarin tentang lanjut sekolah, ibu berkata:

Ibu: ndok disana itu wajib hafalan al-quran lo

Dengan polosnya aku menjawab: lah memang kenapa bu, ya nggak papa to (tanpa mengetahui konsekuensinya)

Ibu: kamu beneran siap menghafal al-quran

Akupun menjawab dengan tegas: insyaallah siap bu (sambil meringis).

Beberapa hari kemudian setelah mempersiapkan segala sesuatunya, akupun berangkat ke pondok pesantren dan ternyata ada 2 orang kawan yang akan melanjutkan pendidikan ditempat yang sama. Aku berpamitan dengan sanak saudara, para tetangga, dan tidak lupa pastinya dengan keluarga bapak, ibu, kakak dan adik untuk meminta do’a restu. Aku yang hanya diantarkan oleh bapak kemudian berpamitan dengan ibu.

Ibu: belajar yang serius ya ndok (sembari mecium ku dengan tangisan kecil)

Aku: iya bu, doakan selalu ya bu, assalamualaikum. (dengan tersenyum kecil sambil menahan tangisan)

Aku pun masuk mobil dan melaju ketempat tujuan bersama bapak,kedua temanku dan orang tuanya. Perjalanan kita akan ditempuh selama satu hari satu malam. Akhirnya kami pun sampai ditempat tujuan dengan selamat. Senang, sedih, berdebar-debar campur aduk sudah rasanya, senangnya bisa dapat teman baru dan tinggal dikota yang cukup menyenangkan. Sedihnya akan jauh dari orang tua dan tidak ada lagi kata manja dalam diriku.

Aku pun masuk pondok pesantren setelah mengurus segala administrasi dan ketentuan dari pondok pesantren, sebelum masuk pondok aku menyempatkan diri berpamitan dengan bapak,

Bapak: belajar yang serius ya ndok, sudah jauh-jauh kamu kesini harus bisa membuahkan hasil sesuai perjuangan.

Aku: iya pak, insyaallah fatma akan berusaha.

Orang tua alya: fatma nggak nangis? (sambil meledek)

Aku: nggak lah ( sembil meringis)

Bapak: malah bapak ini yang pengen nangis mau pisah sama anak perempuan satu-satunya (haru bercampur dengan pringisan), ya sudah ya bapak pulang dulu, kalian yang serius belajarnya dan jangan lupa selalu akur.

Aku dan kawan-kawan: iya pak

Kemudian kami berjabat tangan dan berpamitan, mereka pun masuk mobil dan kami melambaikan tangan sembari berkata hati-hati (dengan haru kawan-kawan ku meneteskan air mata). Lalu kamipunmemasuki area pondok pesantren.

Keesokan harinya kami sudah bersiap menjalani tantangan baru, dunia dan suasana baru. Disekolah kami bertiga pun masuk dijurusan berbeda, bilqis yang masuk jurusan AGAMA, alya jurusan IPS, dan aku sendiri masuk jurusan IPA. Kamipun melanjutkan tantangan masing-masing. Aku pun memasuki kelas yang terdiri dari 35 siswa, suasana dikelas cukup hangat kami pun memulai perkenalan. Aku yang duduk satu bangku dengan teman asrama ku namun kami berbeda asal, namanya ayyin dia berasal dari Riau. Kami pun baru memulai perkenalan dari kelas tersebut, kawan yang berbeda-beda asal nya tentu saja aku harus bisa bersosial untuk akrab dengan mereka semua. Kelas hari ini pun selesai, aku dan ayyin pulang menuju asrama, masih ada beberapa menit untuk istirahat, dan setelah itu sholat kemudian dilanjutkan sekolah pondok yang disebut dengan madrasah diniyah. Tak jauh berbeda ternyata aku sekelas lagi dengan ayyin dan satu bangku lagi dengannya, setelah diniyah selesai. Kami pun bersih-bersih dan melanjutkan kegiatan diasrama, setelah selesai kamipun istirahat malam. Dan hari inipun dilewati dengan lancar.

 

1 tahun kemudian…………

Tak terasa sudah satu tahun aku tinggal dipondok pesantren, dan perkembangannya pun belum banyak, aku yang memulai ngaji dari titik awal harus berusaha ekstra untuk cepat memulai jenjang selanjutnya yaitu menjadi santri tahfidz, jadi santri tahfidz itu berarti sudah siap dengan segala sesuatu nya dan siap untuk menghafal al-quran secara teratur yang sudah melalui tahap-tahapnya.

Beberapa bulan kemudian…….

Aku disuruh tes tahfidz dengan ibu nyai oleh ustadzah ku

Ustadzah: kamu kan sudah selesai juz amma, surat-surat penting pun juga sudah, jadi besok tes ya ketempat ibu (ibu nyai)

Aku: walah ustadzah aku belum siap (sambil meringis kebingungan)

Ustadzah: halah bisa-bisa, orang juga sudah selesai mau ngapa lama-lama tu.

Aku : iya deh ustadzah (menjawab pasrah)

Keesokan harinya akupun mulai ikut barisan pertama diwilayah mengaji bersama ibu, aku mulai membaca ayat demi ayat dan alhamdulillah dapat membaca dengan lancar sampai akhir yaitu satu kaca. Ibu nyai pun langsung mendawuhi “besok langsung ngaji saja”, akupun bungah mendengarnya dan langsung mempersiapkan hafalan untuk disetorkan besok kepada bu nyai. Oh iya dawuh itu berkata.

……………

Lambat laun seiring berjalannya waktu aku sudah mulai terbiasa menghafal al-quran, namun pada saat ini juga terjadi goncangan pada diriku. Aku jarang sekali mengaji, membuat hafalan pun ketika ditempat, beberapa jam sebelum setoran kepada bu nyai. Aku yang hanya bersantai tanpa memikirkan berat tentang hafalan sampai-sampai kepada pengurus pun aku tak begitu patuh. Berbeda sekali dengan temanku yang dua tadi bilqis dan alya mereka sangatrajinsekali

dalam hal mengaji, sedangkan aku yang hari-harinya hanya bersantai tanpa mengaji dan itu aku lalui selama satu tahun lebih.

1 tahun kemudian………

Tak terasa lagi ternyata aku sudah menginjak kelas 3 SMA, itu artinya ini masa terakhir dibangku sekolah.

(terdengar suara speaker) “Pengumuman untuk seluruh kelas tiga harap segera berkumpul di aula tanpa terkecuali”.

Seluruh kelas tiga pun berkumpul di aula yang dipimpin oleh Bapak Kepala Sekolah.

Kepsek: “tak terasa ya kalian ternyata sudah kelas tiga, padahal baru kemarin kayaknya kalian masuk sekolah ini”

Kami pun serentak menjawab : “ iya pak”

Kepsek: “ sebuah tantangan besar untuk kalian yang mondok sambil sekolah, kegiatan kalian padat sekali, belum mengaji, mengerjakan tugas, belum lagi mengatasi masalah ngantri. Kalian termasuk orang-orang yang kuat, sekarang bapak tanya niat kalian masuk sini apa?”

Kamipun bingung celingukan dan dengan lirih menjawab “mondok pak”

Kepsek: “ begini ya bapak jelaskan, kalian masuk sini jangan sampai salah niat, yaitu sekolah sambil mondok, tetapi yang benar itu mondok sambil sekolah. Karena apa, insyaallah jika kalian meniatkan mondok sambil sekolah semua nya akan terjalankan, mondok = akhirat, sekolah = dunia. Intinya begini lo anak-anak jika kalian mengutamakan perkara akhirat maka dunia akan ikut, namun jika kalian mengutamakan dunia daripada akhirat belum tentu akhirat bisa ikut”.

Setelah Bapak Kepala Sekolah berpesan banyak majelis ini pun berakhir, beliau bukan hanya kepala sekolah tapi sekaligus gus (putra kyai) dipondok pesantren ini, selepas itu kamipun pulang keasrama masing-masing. Dalam batin aku berfikir “benar juga ya kata pak kepsek, Allah pasti meridhoi jika kita mengutamakan hal akhirat ketimbang dunia”. Lantas bagaimana aku yang selama tinggal di pondok pesantren tidak pernah serius, hobinya makan, ngobrol, main-main, apa yang aku dapatkan selama ini, mana bentar lagi lulus, aku harus menunjukkan apa kepada orang tuaku.

Esoknya pun aku mulai semangat baru dengan niat baru mondok sambil sekolah tanpa memikirkan waktu, biarkan waktu mengejar selama aku bisa membenahinya sekarang kenapa tidak. Akupun mulai semangat untuk mengaji, melakukan perkara-perkara sunnah, rutin belajar, dan mengurangi mengobrol yang tidak bermanfaat.

Tak terasa waktu semakin cepat esok sudah akan dimulai Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Semua berjalan dengan lancar tanpa halangan sampai hari ujian pun selesai, memang terasa manfaatmya jika mengutamakan akhirat terlebih dahulu semua nya akan ikut berjalan dengan lancar walupun hasilnya terkadang biasa tetapi prosesnya selalu tidak dipersulit. Hari pun berakhir, UNBK selesai, kami bersorak penuh syukur dengan menyadari bahwa kebersamaan kita tak lama lagi. Kami yang berbeda-beda tujuan melanjutkan jenjang pendidikan, merasa haru karena hanya beberapa waktu kita bersatu, akupun ikut gegana, aaaaaaaargh mengapa aku mengalami hal ini lagi, bingung harus lanjut dimana? Kuliah atau tidak?.

Akhirnya aku memutuskan untuk tidak lanjut kuliah dan memilih untuk menyelesaikan hafalan terlebih dahulu baru kuliah.

Telefon berdering dan panggilan berseru namaku, itu artinya orang tuaku menelfon

Aku: assalamualaikum bapak

Bapak ibu : waalaikum salam ndok

Aku: gimana kabarnya bapak ibu?

Bapak ibu : alhamdulillah sehat ndok, kamu sehat to disana?

Aku: alhamdulillah sehat pak bu

Bapak: kamu langsung lanjut kuliah aja ya ndok

Aku: lah pak kok gitu? (aku tercengang)

Bapak: ya nggak papa to, biar dapat dua-duanya(ilmu agama dan ilmu umum)

Aku: ya udah deh pak (menjawab pasrah).

Bapak: ya sudah ya ndok gitu saja, wassalamualaikum

Aku menjawab: waalaikumsalam.

Sekilas telefon dari orang tua ku yang menginginkan aku untuk langsung lanjut kuliah.

Malam ini kita ngaji bersama pak kyai, kami memanggil beliau dengan sebutan abah, pengajian pun berjalan dengan khidmat dan lagi-lagi ada pesan dari beliau, agar meluruskan niat yaitu disini diniatkan mondok dan yang lain seperti sekolah, kuliah itu dianggap pekerjaan sambilan.

Esoknya akudatang kekampus setelah diutus oleh kedua orang tua ku, berhubung dipondokku sudah ada kampusnya jadi aku langsung aja deh dateng ke kampus untuk mendaftar dan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Arab, mungkin melenceng sekali ya dari jurusan SMA ku yaitu IPA, tapi nggak papa orang yang dipelajari sekarang kan Al-quran jadi biar menjurus saja. Rasanya memang aku kurang minat untuk kuliah tapi karena orang tua ku yang meminta aku bisa apa, ikuti saja apa yang diinginkan orang tua toh juga sampai sekarang belum bisa membahagiakan mereka. Aku pun menjalani kehidupanku sekarang menjadi santri sekaligus mahasiswi, yang terkadang dilihat sekilas menjalaninya tidak mudah namun aku tetap berusaha, walaupun kepala ini rasanya nyut-nyut an tapi itu sudah menjadi kewajiban.

Intinya aku mulai meluruskan niat, diawal masuk berniat sekolah dengan bertempat tinggal dipondok pesantren sekarang beralih niat menjadi mondok sambil sekolah. Kewajiban harus dijalankan, aku yang berjalan sesuai kemampuan, semoga berakhir dengan memuaskan.

Sekian………

 

LAMPUNGMEDIAONLINE.COM adalah portal berita online dengan ragam berita terkini, lugas, dan mencerdaskan.

KONTAK

Alamat Redaksi : Jl.Batin Putra No.09-Tanjung Agung-Katibung-Lampung Selatan
Telp / Hp: 0721370156 / 081379029052
E-mail : redaksi.lampungmedia@gmail.com

Copyright © 2017 LampungMediaOnline.Com. All right reserved.

To Top