Opini

BAYANGAN BELANG DI HUTAN: KONFLIK MEMATIKAN DI LAMPUNG BARAT

Oleh:

Azein Fiqri Fadhillah

Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung

&

Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.hut., M.P., IPM.

 

Ketika bayang-bayang senja mulai menutupi hutan Lampung Barat, suara-suara alam mulai menyatu dalam simfoni yang mencekam. Namun, di balik keindahan dan ketenangan hutan, tersembunyi ancaman nyata yang menghantui penduduk setempat: konflik antara manusia dan harimau. Harimau sumatra, yang dahulu menjadi simbol kekuatan alam liar Indonesia, kini menghadapi ancaman eksistensi dari perusakan habitat dan perburuan liar, memaksa mereka mendekati pemukiman manusia untuk bertahan hidup. Konflik ini menciptakan ketegangan yang mendalam dan risiko nyata bagi kedua belah pihak. Lampung Barat, sebuah daerah yang dikenal dengan keanekaragaman flora dan fauna, telah mengalami konflik yang menarik perhatian. Konflik antara harimau dan manusia di wilayah ini telah menjadi perhatian utama bagi pemerintah dan masyarakat setempat. Dalam artikel ini, saya akan membahas tentang penyebab, dampak, dan solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi konflik ini.

 

Hutan-hutan di Lampung Barat, terutama hutan di Kecamatan Suoh adalah rumah bagi Harimau sumatra, spesies yang semakin langka dan terancam punah. Namun, dengan laju deforestasi yang cepat untuk pertanian dan pemukiman, habitat alami mereka semakin menyusut. Ketika hutan-hutan tersebut habis, harimau-harimau ini terpaksa memasuki wilayah manusia untuk mencari makanan, seringkali berujung pada serangan terhadap ternak dan, dalam kasus yang lebih ekstrem, manusia. Penduduk desa di sekitar hutan hidup dalam ketakutan. Serangan harimau bukan hanya mengancam kehidupan tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Ternak yang hilang merupakan sumber penghidupan utama bagi banyak keluarga. Kekhawatiran ini mendorong masyarakat untuk mengambil tindakan yang terkadang merugikan harimau, seperti memasang perangkap atau bahkan memburu mereka secara ilegal. Dampak konflik antara harimau dan manusia di Lampung Barat dapat berupa kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, dan bahkan kehilangan nyawa. Kerusakan lingkungan dapat terjadi karena penggusuran hutan yang menyebabkan hilangnya habitat harimau. Kerugian ekonomi dapat terjadi karena penghancuran sarana produksi dan kerugian pada industri pertanian dan perkebunan. Kehilangan nyawa dapat terjadi karena konflik fisik antara harimau dan manusia. Seperti konflik yang terjadi baru-baru ini terjadi pada bulan februari kemarin, terdapat dua warga setempat yang tewas akibat diterkam oleh harimau dan satu warga yang terluka parah dikepala akibat diterkam oleh harimau. Akibat kejadian tersebut pula, banyak warga yang terprovokasi sehingga memicu tindakan anarkis. Puncaknya adalah warga yang membakar kantor resort di suoh TNBBS. Penduduk setempat tidak segan membongkar serta membakar kantor Balai Perlindungan dan Pelestarian Alam Resort Suoh. Pembakaran dipicu kemarahan masyarakat pada petugas yang belum berhasil menangkap hewan buas itu, sementara warga yang menjadi korban serangan harimau terus bertambah. Massa berunjuk rasa dan kemudian membakar fasilitas negara tersebut. Pemerintah dan organisasi konservasi telah berusaha mengatasi masalah ini dengan berbagai cara. Salah satunya adalah memberi imbauan kepada masyarakat agar masyarakat tidak beraktivitas sendirian di kebun. Masyarakat juga diminta tidak pergi ke kebun di jam-jam aktif pergerakan harimau, yakni pukul 15.00 hingga pukul 21.00. Namun, solusi ini seringkali tidak cukup cepat atau efektif untuk mencegah konflik yang terus berlanjut. Di sisi lain, penting untuk menyadari bahwa harimau tidak memilih untuk memasuki wilayah manusia. Mereka terdorong oleh kebutuhan untuk bertahan hidup di tengah perusakan habitat mereka. Hal ini menimbulkan pertanyaan yang lebih mendalam tentang keseimbangan antara pembangunan manusia dan konservasi alam. Apakah kita bisa menemukan cara untuk hidup berdampingan dengan harimau, atau akankah konflik ini terus berlanjut hingga salah satu pihak hilang dari tanah ini?

 

Konflik antara harimau dan manusia di Lampung Barat adalah cerminan dari masalah yang lebih besar, seperti ketidakseimbangan antara perkembangan manusia dan pelestarian alam. Harimau Sumatra tidak hanya merupakan bagian penting dari ekosistem tetapi juga simbol kekayaan alam Indonesia yang harus dilindungi. Memecahkan masalah ini memerlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan organisasi konservasi untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan. Dalam mengatasi konflik antara harimau dan manusia di Lampung Barat, perlu diingat bahwa solusi yang diterapkan harus berkelanjutan dan dapat diterapkan secara efektif. Dengan demikian, konflik ini dapat diatasi dan lingkungan dapat dipertahankan untuk generasi mendatang. Hingga itu tercapai, bayangan harimau akan terus menghantui hutan dan desa-desa di Lampung Barat, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.(*)

LAMPUNGMEDIAONLINE.COM adalah portal berita online dengan ragam berita terkini, lugas, dan mencerdaskan.

KONTAK

Alamat Redaksi : Jl.Batin Putra No.09-Tanjung Agung-Katibung-Lampung Selatan
Telp / Hp: 0721370156 / 081379029052
E-mail : redaksi.lampungmedia@gmail.com

Copyright © 2017 LampungMediaOnline.Com. All right reserved.

To Top