Metro, lampungmediaonline.com – Sebanyak 3.649 warga Kota Metro tercatat sebagai penggangguran terbuka. Ini berdasarkan data Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Pemberdayaan Masyarakat (Disosnaker dan PM).
Angka Penggangguran Di Metro Masih Tinggi
By
Posted on
Kasi Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Disosnaker Metro Chairrudin Ompu mengatakan, jumlah angkatan kerja (harus bekerja) sebanyak 71.239. Sementara penduduk yang bekerja mencapai 67.590.
“Nah sisanya itu sekitar 3.649 yang pengangguran. Ini data terbaru tahun 2015. Untuk pembuat kartu kuning, tahun kemarin itu ada 419, dan tahun ini per September sekitar 330 orang,” ucapnya, Selasa (4/10).
Menurutnya, para pekerja di Kota Metro banyak bergerak pada sektor jasa, perdagangan, dan pertanian. Sementara jumlah perusahaan yang berada di Bumi Sai Wawai tercatat sebanyak 496 perusahaan.
“Sebagian besar dari perusahaan tersebut merupakan perusahaan marginal. Nah, dari 496 perusahaan itu, tenaga kerja yang terserap mencapai 5.469 orang,” timpal Kristanto Priyadi, Plt Kabid Pengawasan dan Hubungan Industrial Disosnaker.
Adapun perusahaan marginal adalah jumlah tenaga kerja masih di bawah 10 orang. Dan upah minimum masih belum sesuai. Dimana rata-rata perusahaan tersebut bergerak pada bidang informal.
“Jadi masih diberi kesempatan untuk tumbuh kembang. Kalau jumlah tenaga kerja terbanyak untuk perusahaan di Kota Metro ini hanya RS Mardiwaluyo. Itu sekitar 500 orang lebih. Memang perusahaan besar itu sangat sedikit,” imbuhnya.
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Pemberdayaan Masyarakat (Disosnaker dan PM) mengaku pengentasan masalah pengangguran di wilayah setempat terbentur minimnya anggaran.
“Selama ini yang kita lakukan itu padat karya dan pelatihan. Tapi padat karya itu kan sementara. Kita bisa mempekerjakan 88 orang selama sebulan. Pelatihan itu yang lebih manfaat,” terang Chairrudin Ompu, Kasi Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Disosnaker Metro.
Menurutnya, usulan untuk pelatihan kerap ditolak. Pihaknya selalu mengusulkan tiga hingga empat kali program latihan per tahun. Namun, yang terealisasi hanya satu program saja tiap tahunnya.
Padahal Kota Metro merupakan kota pendidikan. Namun ironisnya para pengusaha kecil yang berkembang tidak diperhatikan. Padahal para perusahaan kecil tersebut bisa menyerap tenaga kerja muda yang lulus sekolah. Artinya sekolah jadi terbaik, namun setelah lulus mereka dibayangi jadi pengangguran.
“Banyak. Yang sudah pernah kita lakukan buat nugget, bakso jamur, batu akik, menjahit, salon, dan lainnya. Tujuannya supaya mereka bisa mandiri. Buat usaha kecil atau rumahan. Ini lebih efektif ketimbang padat karya. Namun usulan kami tidak disetujui,” tuntasnya. (rud)