Oleh : Firman Bachrudin/201810010311080
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Indonesia
judul buku: Sejarah Kebudayaan Islam
Pengarang : Tim Kementrian Agama
Penerbit: Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia
Tempat terbit: Jakarta
Tahun Terbit: 2014
Cetakan: 1 (satu)
Jumlah Halaman: 200 Halaman
Buku ajar yang dijadikan pegangan bagi para siswa merupakan suatu unsur yang penting bagi pendidikan terkhusus pada saat kegiatan belajar mengajar, karna buku ajar akan mempermudah guru untuk memberikan penjelasan, mengenalkan suatu konsep, mengillustrasikan, memberikan latihan, dan sudah tentu membantu seorang pendidik untuk mewujudkan tujuan, visi, dan misinya dalam dalam lingkup perorangan, sekolah, sampai tingkat nasional atau yang disebut tujuan pendidikan nasional pada UU nomor 20 tahun 2003 yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Sebuah buku ajar ditulis berdasarkan kebutuhan siswa atau mahasiswa agar mencapai suatu kompetensi tertentu.
KEMENDIKNAS berperan dalam perumusan buku ajar yang berkualitas dengan merujuk pada lembaga internasional UNESCO dengan berharap agar pendidikan di Indonesia memiliki standar Internasional yang mencakup: (1) bahan ajar memiliki peran penting untuk mewujudkan pendidikan yang merata dan berkualitas tinggi, (2) bahan ajar merupakan produk dari proses yang lebih besar dari pengembangan kurikulum, (3) isi bahan ajar memasukkan prinsip-prinsip hak asasi manusia, mengintegrasikan proses pedagogis yang mengajarkan secara damai penyelesaian konflik, kesetaraan gender, nondiskriminasi, praktik-praktik dan sikap-sikap lain yang selaras dengan kebutuhan untuk belajar hidup bersama, (4) bahan ajar memfasilitasi pembelajaran untuk mendapatkan hasil-hasil spesifik yang dapat diukur dengan memperhatikan berbagai perspektif, gaya pembelajaran, dan modalitas berbeda (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), (5) memperhitungkan level konseptual, lingkungan linguistik, latar belakang dan kebutuhan pebelajar di dalam membentuk isi dan mendesain model pembelajaran, (6) bahan ajar memfasilitasi pembelajaran yang dapat mendorong partisipasi dan pengalaman secara merata dan setara oleh semua pebelajar yang terlibat dalam proses pembelajaran, dan (7) bahan ajar dapat dijangkau dari sisi biaya, memiliki daya tahan lama, dan dapat diakses oleh semua pembelajar (Purwahida. 2018). Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh KEMENDIKNAS fokus pada poin ke – 3 dimana buku ajar harus damai penyelasaian konflik, kesetaraan gender (tidak bias) , nondiskriminasi, serta praktik – praktik, sikap lain yang selaras dengan kebutuhan untuk hidup sosial. Dikarenakan poin ke- 3 lebih beriorientasikan ke hukum dan sesuai dengan yang kita bahas maka kita hanya mengambil satu poin diatas.
Menimbang dengan adanya kriteria buku yang berkualitas dari KEMENDIKNAS itu sudah seyogyanya para penerbit, penulis buku ajar, dan semua elemen yang bersangkutan ikut berkontribuksi untuk menciptakan buku yang aman bagi anak bangsa dengan bersifat netral tanpa adanya kepentingan individual, politik, dan niat yang buruk lainnya, namun pada dasarnya memang tidak terlepas dari kesalahan sehingga pembuatan buku dan edarannya harus diawasi dan merupakan suatu keharusan semua masyarakat pendidikan demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional secara kaffah. Mengingat Pada tahun 2017 silam dilansir dari Tribun Jabar, tepatnya di Bandung telah diadakannya bazar buku yang sekarang istilah kerennya Book fair dimana ada beberapa buku yang telah ditemukan oleh petugas yang mengandung pornografi,SARA. Ditempat dan waktu yang lain misalnya buku ajar kelas 5 (lima) SD/MI adanya ketidakruntutan periode nabi yang ini termasuk bias, dan banyak kasus – kasus lain terulang.
Berhubung saya sebagai penulis yang peduli dengan generasi bangsa maka saya berinisiatif untuk menganalisis buku ajar siswa SMP kelas 07 agar dapat mengawasi materi yang ada didalamnya, karna probabilitas adanya materi yang tidak sesuai dengan psikologis anak , yang absurd, tabu, dan membahayakan mereka seperti isu sara, pornografi, bias gender, wilayah, DLL, dengan menulis inilah saya membuat laporan, sekaligus referensi demi kepentingan umat, dan bangsa yang apabila memang ada materi yang Immoral sebagai pelanggran pada UU yang telah ditetapkan seperti yang sudah saya sampaikan dikotomi kepentingan ini sekali lagi termasuk juga dapat dijadikan sebagai laporan.Kelebihan artikel ini daripada analisis yang lain adalah analisis buku ajar ini hanya berfokus pada masalah hukum perundang undangan sebagai pedoman dalam menganalisis buku.
Hasil analisis
Dalam analisis buku ajar yang dikeluarkan oleh kementrian agama ini tidak ada pelanggaran peraturan perundang-undangan baik bias, pornografi, maupun isu SARA. Memang pada kenyataannya menganalisis mengenai sejarah itu kompleks, ada satu pernyataan dalam buku ini misalnya yang saya anggap merupakan pernyataan yang sensitif karna membahas kelompok agama, sebagai salah satu contoh seperti pada buku ini halaman 56 ketika menjelaskan “Agama Yahudi dianut oleh beberapa suku-suku, antara lain Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani Gathafan, Ban Quraidlah. Keempat suku ini tetap memeluk agama Yahudi walaupun Islam telah tersebar di Madinah. Kebanyakan mereka bekerjasama dengan kafir Quraisy untuk mengusir dan membunuh Nabi Muhammad Saw. Akibat menentang Islam, Nabi Muhammad mengusir mereka dari kota Madinah. Sehingga madinah bersih dari bangsa yahudi.” Karena untuk mengetahui kebenarannya saya mengkomparasikan dengan sumber yang lain. Saya merujuk pada laman Insist yang didalamnya merupakan simpulan dari referensi Mubarakfurri yang berisi Sebatas perlawanan verbal, Rasulullah saw. hanya melihatnya sebagai indikator pengkhianatan. Tapi setelah terjadi kasus pelecehan wanita muslim di pasar Bani Qainuqa` yang disusul dengan pembunuhan lelaki muslim yang membelanya, Rasulullah saw. mengepung Bani Qainuqa` lalu mengusir mereka dari Madinah.
Untuk meyakinkan bahwa itu memang fakta sejarah saya merujuk kembali pada artikel Fina Fatmah yang mengutip dari anwar disitu dijelaskan bahwa tiga kelompok besar Yahudi (Bani Qainuqa, Quraidzhah, Nadhir) pun diusir Nabi dari Madinah karena melawan Nabi. Dikatakan bahwa Bani Qainuqa diusir dari Madinah karena mereka mendukung orang-orang Quraish dalam Perang Badar. Pasca pengusiran tiga kelompok tersebut, otomatis menjadikan Nabi sebagai pemegang otoritas kekuasaan di Madinah. Orang-orang Yahudi diusir dari Madinah karena melakukan perlawanan terhadap sikap politik Nabi Muhammad. Mungkin sejarah akan berbicara lain jika orang-orang Yahudi itu patuh terhadap kepemimpinan Nabi Muhammad atau menang dalam pertarungan politik (Anwar dalam Fatmah, 2018). Intinya nabi Muhammad pada awalnya bersikap baik kemudian karna adanya pemberontakan pada nabi maka nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam memutuskan untuk mengusir mereka. Suatu hal tidak bisa disebut dengan isu SARA apabila memang konteks pembahasan adalah sejarah yang memang harus dipaparkan oleh penulis untuk dijadikan referensi, dan pengetahuan oleh anak, sejarah memang harus apa adanya, obyektif, dan memiliki bukti yang kuat.
Kesimpulan
Buku ajar adalah segala bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran, sedangkan buku ajar Sejarah Kebudayaan Islam segala bahan atau materi pembelajaran ysng berisikan sejarah kebudayaan islam yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran untuk memudahkan mencapai visi, misi, tujuan pendidikan.
Peraturan undang undang yang dibahas disini ada 3 aspek yakni, isu SARA, Pornografi, Bias masing masing memiliki definisi yang berbeda, Dalam UU No. 44 Tahun 2008 menjelaskan Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. SARA merupakan kepanjangan dari Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan, disini dijadikan sebagai isu untuk kepentingan orang . sedangkan Bias adalah suatu perilaku atau gejala sosial yang memihak secara sepihak, subyektif, memberikan stigma yang tidak adil, dan merugika, padahal belum tentu stereotip itu benar. Bias yang selalu menjadi diskursus umum adalah bias gender, padahal bias bisa mencakup wilayah, kelompok, perorangan, dll.
Dalam analisis ini penulis tidak menemukan adanya pelanggaran hukum baik sengaja maupun tidak disengaja oleh pihak kementrian agama. Saran penulis kepada pembaca artikel ini meminta untuk seluruh elemen masyarakat mengawal, mengawasi pendidikan termasuk komponen kecil seperti buku ajar ini dalam rangka untuk menyelamatkan mental generasi penerus bangsa.
Travel Lampung Jakarta, Diantar sampai Rumah Ongkos Murah Layanan Prima
Travel Jakarta Lampung PP Dapat Free Snack dan 1 Kali Makan
Travel Lampung Depok via Tol Tiap Berangkat Pagi dan Malam
Harga Travel Bekasi Lampung Antar Jemput Murah sampai Rumah
Travel Palembang Lampung Lewat Tol Hemat Cepat sampai Alamat
