Jakarta, www.lampungmediaonline.com – Susu kental manis masih menjadi perbincangan di masyarakat. Apalagi sebelumnya para ahli menegaskan bahwa susu kental manis (SKM) tidak setara dengan susu segar. Padahal, di banyak wilayah Indonesia, SKM sering diberikan oleh orang tua untuk memenuhi kebutuhan gizi pada anak.
Karenanya, edukasi cara bijak menggunakan SKM kini banyak dilakukan untuk memperbaiki persepsi yang salah tentang SKM. Salah satu point penting yang harus dipahami masyarakat bahwa SKM adalah bahan penambah rasa untuk makanan, bukan untuk diberikan kepada anak dalam bentuk minuman. Peneliti Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi Pangan dan Pertanian Asian Tenggara Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN menyebutkan alasan kenapa SKM tidak boleh disajikan dalam bentuk minuman untuk anak.
SKM dalam pembuatannya ditambahkan gula agar susu menjadi lebih awet. Proses pembuatan ini yang mengakibatkan kandungan gula dalam SKM tinggi. “Karena gulanya terlalu tinggi. Kalau anak kurang menjaga kebersihan mulut bisa menjadi karies gigi,” kata Dodik.
Gula yang terlalu lama mengendap di mulut, akan sulit dinetralkan oleh air liur. Ini mengakibatkan karies pada gigi karena berubah menjadi asam.
Selain itu, fakta susu kental manis berikutnya yaitu tingginya kandungan gula dalam SKM yang dapat menjadi pemicu obesitas pada anak. Kemudian, anak juga akan lebih memilih mengonsumsi makanan manis daripada buah dan sayuran.
Kandungan gizi SKM lebih rendah dibandingkan dengan jenis susu lainnya. Protein dan kalsiumnya saja lebih rendah daripada susu bubuk atau susu segar. “Karena itu bukan sumber minuman, dia untuk olahan. Rasa yang diharapkan,” kata Dodik.
Oleh karena itu, SKM sebaiknya tidak disajikan alam bentuk minuman untuk anak. Hal ini mencegah agar anak tidak berasumsi bahwa SKM ada susu yang dapat mereka konsumsi setiap hari.(red)