Lampung Utara,LM – Malam itu terlihat banyak orang-orang tua menggunakan pakaian-pakian adat Lampung, para mekhanai (remaja putra) menggunakan sarung yang dipakai hanya sebatas lutut dan peci, nampaknya pakaian wajib malam itu.
Muli-muli (remaja putri) menggunakan pakaian adat dan Siger. Ramai dan mencolok dan terlihat anggun dengan siger dikepala, muli-muli ini adalah anak para tokoh adat, berjajar panjang di samping tenda putih segi empat. Sepanjang malam itu pula ditemani Talo balak, musik Lampung.
Malam itu merupakan malam Cangget, rangkaian upacara adat pernikahan anak seorang Suttan di Kota Bumi Ilir. Begawi Adat disebutnya, biasanya dilaksanakan beberapa hari dengan beberapa prosesi.
Rabu malam (13/5/2015) di Kraton Ratu Dipuncak, Kota Bumi Ilir itulah acara Cangget dimulai, sekitar pukul 9 malam. Pada malam Cangget itu tarian-tarian disajikan dari para muli-mekhanai anak para tokoh adat, para tetua, dan para muli-mekhanai dari kampung lain. Salah satu tujuannya yaitu ikut menunjukan kebahagiaan atas pernikahan syaibul hajad.
Dari sederet muli malam itu, beberapa diantaranya adalah anak-anak. Termasuk anak Gubernur Lampung Ridho Ficardo. Malam itu Andrea Ratu Sophia anak Ridho Ficardo mengikuti upacara adat tersebeut. Diketahui Gubernur dengan gelar Suttan Rajo Adat ini merupakan asli keturunan Kotabumi dari sang Ibu, dan termasuk keluarga penyeimbang adat di Kotabumi.
Malam Cangget yang dimeriahkan dengan tarian Muli-mekhanai dan tuho-tuho ini adalah begawi dari pernikahan anak salah seorang Suttan di Kota Bumi Ilir, yang juga masih sepupu dari Ridho Ficardo.
Terlihat hadir Ibunda Ridho, juga istrinya Aprilani Yustin mendampingi putrinya, Andrea. Juga Fauzi Toha Ayah dari Ridho yang menggunakan baju adat dan berjajar bersama perwatin, tokoh adat dan tuho-tuho lainnya.
Andrea Ratu Sophia putri sulung Ridho bukan saja mengikuti prosesi Cangget malam itu. Pada malam Cangget itu juga Ia sekaligus diperkenalkan kepada tuho-tuho, dan Andrea bersama adiknya Ivan akan diberi adok atau juluk pada esok harinya.
Esoknya, sekitar pukul 10 pagi, acara dilanjutkan, kali ini memasuki prosesi Turun Mandei. Turun Mandei adalah prosesi sebelum Mepadun atau naik tahta. Menurut salah seorang keluarga, Yosef menceritakan bahwa tidak sah Mepadun jika belum melakukan Turun Mandei.
“Sebelum Mepadun harus turun mandei terlebih dahulu, Mepadun itu adalah naik tahta. Setelah Mepadun ia diangkat menjadi Suttan, bukan pangeran lagi. Dan tanggung jawab diberikan kepadanya.” Jelasnya.
Turun Mandei dan Mepadun ini dilaksanakan di Kayu Aroh, Kayu Aroh adalah panggung segi empat, dan sekelilinya terdapat tiang-tiang berhias prabotan rumah tangga yang digantung.
Sebelum prosesi ini, kedua mempelai diarak dari Kraton menaiki mobil hias berbentuk perahu menuju Kayu Aroh yang letaknya dekat dengan Kraton. Sepanjang jalan pula petasan dihidupkan.
Di Kayu Aroh ini beberapa prosesi dilakukan, tarian-tarian juga ditunjukan termasuk dilakukan oleh pengantin pria, yang akan naik tahta dari pangeran menjadi Suttan. Tuho-tuho kemudian menyusul berkumpul.
Dikerumunan tuho-tuho ini terlihat ayah dari Ridho, Fauzi Toha. Beliau mengikuti prosesi adat Turun Mandei ini. Setiap penuntun acara melantunkan pesan-pesan dalam bahasa Lampung, tangan para tuho-tuho ini mengangkat keatas. Lalu mereka juga melakukan tarian-tarian dengan gerakan tangan keatas, yang bagian dari prosesi Turun Mandei dan Mepadun ini.
Setelah pengantin kembali ke Kraton, kemudian para anak-anak menuju Kayu Aroh menggunakan mobil berhias menyerupai perahu. Termasuk putra dan putri Ridho Ficardo Andrea dan Ivan, ditemani Sang Ibu Aprilani Yustin. Dalam prosesi kali ini, di Kayu Aroh itu Andrea dan Ivan kemudian barulah diberi Adok atau Juluk.
Aprilani Yustin turut mengikuti acara begawi beberapa hari, di acara Mepadun dan Turun Mandei itu ia ceritakan bahwa walau ia bukan lahir di Lampung namun ia akrab dengan adat istiadat Lampung, karna acara pernikahannya dan suaminya juga diadakan begawi adat di Kotabumi Ilir ini, sehingga Kotabumi Ilir, Lampung, menjadi kampung halamannya juga.
Ia juga jelaskan karna sang suami merupakan keturunan Kotabumi, Lampung, sehingga Ia sudah cukup sering melihat langsung dan mengikuti beberapa upacara adat Lampung. “Ibu mertua asli Kotabumi, jadi acara-acara adat sering saya liat dan ikuti, jadi udah gak bingung lagi ngikuti prosesinya. Dan alhamdulillah ini salah satu kekayaan budaya Lampung yang masih terjaga dan harus dilestarikan, jadi saya gak segan buat ikut acara adat semacam ini.” Pungkasnya.
Aprilani Yustin pada Begawi Adat ini juga terlihat beberapa kali menggunakan baju-baju tradisional Lampung. Walau kita sudah tidak asing lagi melihatnya menggunakan sulam usus dan kain Lampung yang hampir setiap hari ia kenakan, pada begawi itu ia terlihat sedikit berbeda dengan menggunakan busana “Kawai Tuho Pepadun”.
Dan kedua putra-putrinya pun juga menggunakan pakaian adat Lampung dan mengikuti rangkaian Begawi. Menurut Aprilani Yustin, selain sebagai silahturahmi Ia dan Anaknya terhadap keluarga besar, ini juga sebagai pengenalan budaya Lampung sejak dini kepada anak-anaknya. Ia ucapkan, bahwa selalu berusaha agar kedua putra-putrinya dekat dan mengenal kebudayaan serta adat istiadat sejak kecil. (R1/RA)
Travel Lampung Jakarta, Diantar sampai Rumah Ongkos Murah Layanan Prima
Travel Jakarta Lampung PP Dapat Free Snack dan 1 Kali Makan
Travel Lampung Depok via Tol Tiap Berangkat Pagi dan Malam
Harga Travel Bekasi Lampung Antar Jemput Murah sampai Rumah
Travel Palembang Lampung Lewat Tol Hemat Cepat sampai Alamat
