Opini

Antara Sekularismedan Ghirah Islamiyah Dalam Maysarakat Islam

Oleh : M. Irfan Jailani / 16 Juni, 2020

Istilah sekularisme muncul pertama kali pada tahun 1886 oleh George Jaqub Holyoake yang menyatakan bahwa “Sekularisme adalah suatu sitem etik yang didasarkan pada prinsip moral alamiah dan terlepas dari agama, wahyu atau supernaturalisme”. pemikiran pemikiran itulah yang menjadi pemicu munculnya gerakan renaissance dimana perlawanan terhadap gereja di berbagai negara di Eropa, banyak cendikiawan yang belajar tentang filsafat dan ilmu pengetahuan ke negara maju seperti Andalusia, Baghdad dan negara negra Muslim lainnya. Selain itu paham Sekularisme digaungkan sebagai sistem pemerintahan yang baru.

Dari pemikiran tersebut Sekularisme menjadi paham yang berkembang sampai sekarang, bahkan sejumlah negara berani mendeklarasikan dirinya sebagai negara sekuler, khususnya negara negara di tanah Eropa. Perkembangan paham ini terus melaju seiring perkembangan zaman bahkan negara negara yang mayoritas muslim pun terpengaruh dan terlena dengan paham ini termasuk Indonesia sendiri, hal ini tak lepas dari gerakan kerohanian bangsa barat terhadap kaum muslim yang masalah nya terus berakar dari zaman ke zaman dengan ambisi membenamkan ghirah Islamiah kaum muslim.

Namun bagimana paham sekularisme ini berkembang di peradaban islam ? adalah Zia Golkap (1875 1924) seorang sosiolog terkemuka dalam politikus nasional Turki yang mempopulerkan istilah “sekuler” dalam dunia islam. Ia menyatakan perlunya pemisahan antara masalah ibadah serta keyakinan dan muamalah. Sehingga terjadi pemisahan antara kekuasaan spiritual khalifah dan kekuasaan duniawi sultan di Kesultanan Turki Usmani.

Sekularisme semakin merebak di dunia islam pada era imperialisme atau penjajahan. Saat itu negara negara islam harus berupaya agar mampu bertahan serta menjaga kemerdekaan atau memperoleh kembali pada penguasa penguasa barat.  Akibatnya sejumlah negara berpenduduk muslim lebih memilih menerapkan sekularisme dalam mengatur warganya, contohnya Turki yang pada masa itu di pimpin oleh Mustafa Kemal Attatuk seorang tokoh pembaharuan yang pemikirannya Islam harus meniru habis habisan budaya barat.

Di dunia islam para ulama dan ilmuan muslim memiliki pandangan berbeda tentang sekularisme dan sekularisasi. Ulama dan filusuf terkemuka di Mesir. Sayyid Qutub mendefinisikan sekularisme sebagai pembangunan stuktur kehidupan tanpa dasar agama. Sehingga Sayyid Qutub memandang sekularisme bertenatangan dengan islam yang paling berbahaya. Namun, ada pula tokoh islam yang membedakan sekularisme dangan sekularisasi salah satunya Prof. Nurcholis Madjid.

Disini saya menyakini bahwa, paham yang manganut pemisahan antara agama dengan negara itu salah satu senjata yang ampuh dalam melumpuhkan perkembangan agama islam itu sendiri terlabih lagi banyak umat islam terutama para ulama yang fanatik terhadap agamanya sendiri sehingga menghilangkan nilai nilai jihad dan bejuang di jalan alllah. Inilah bibit bibit sekuler yang secara tidak lansung timbul secara perlahan, dengan sistem mendokrtin ideologi umat dengan paham paham radikal dengan tujuan menjauhkan agama dari kehidupan sehari hari itu menurut penulis sangat ampuh dalam melumpuhkan suatu peradaban, dia bukan hanya mengubah pola pikir umat tetapi juga merenovasi sistem birokrasi yang ada dalam sebuah negara dan itu terbukti di zaman sekarang.

Akibat yang memperihatinkan yang di timbulkan adalah malunya umat islam dengan syariat syariat agamanya sendiri, karna kenapa dia cenderung mempeduliakan dirinya sendiri kebanding agamanya selain itu ghirah islamiah itu tidak ada lagi dalam diri nya. Seperti meninggalkan jihad (membela agama islam) seorang muslim yang setiap harinya beribadah tapi tanpa mempedulikan saudara saudara nya sesama muslim.

Nantilah kita berbicara jihad, pengaruh yang paling mendasar dari sekularisme dalam hal amal makruf nahi mungkar. kalau kita deskripsikan, ketika kalian melihat dua orang bermaksiat sebagian ulama mengatakan wajib bagi kita mengubahnya. Nah kembali ke diri kalian masing masing, berani nggak merubahnya ?

Ini baru awal, amal makruf nahi mungkar itu adalah sebuah awal bagaimana kita membangun kekuatan kaum muslimin. Tapi faktanya sesama kaum muslimin aja bermaksiat berani negur nya diatas mimbar, bangaimana mau bersatu kalau amal makruf nahi mungkar nya cuma berani di atas mimbar.

Seperti itulah skenario yang di bentuk oleh sekularisme orang lebih mementingkan dirinya, ibadahnya, dan hanya fokus kepada akhiratnya tanpa mempedulikan nasib agamanya. Memang pengaruhnya masuk ke lingkungan kita tanpa kita sadari seolah olah apa yang kita lakukan selama ini sudah yang terbaik menurut diri kita. Tapi di balik itu semua kalau kita memang mendambakan kejayaan islam ya harus berani. Banyak diantara kita mendamba dambakan sistem khilafah baik itu akademisi, tokoh tokoh agama, bahkan generasi bangsa pun sering menggaung gaungkan hal ini tapi dibalik itu semua kata kata hanyalah kata kata, di mimbar ibaratkan singa yang siap menerkam tapi perealisasiannya seperti semut diinjak gajah, miris sekali negri ini. Itulah yang terbesit di pikiran saya.

Jadi tidak selalu, kalau kita mau membela agama Allah SWT harus baik dulu harus seperti orang alim dulu, yang terpenting adalah ghirah islamiah tadi. Percuma seseorang itu ulama besar pandai berdialektika masalah agama tapi saudara saudaranya sesama muslim sedang ditindas bangsa lain malah tidak mau tau.

Kalau ghirah islamiayah seseorang sudah hilang dia nggak ngaruh dan tak peduli sama sekali, biarin deh itu dinistakan Al Quran, itulah sebabnya wajib dari kaum muslimin menimbulkan girah islamiah tadi karena itu sudah memasukai ranah aqidah.

Dalam sebuah riwayat, Imam Ahmad sempat ditanya. Rukun kepemimpinan itu ada dua yaitu :

  1. Kekuatan (tangguh dalam berperang)
  2. Sifat amanah (adalah sifat keagamaan, bisa di percaya, jujur, mengerti Al Quran dan lainnya)

 

Pertanyaannya adalah bagaimana kalau kita mendapati seorang pemimpin dia kuat tapi tidak amanah ? dan pemimpin yang lain dia amanah tapi tidak kuat ? yang lebih kita berjihad dibelakang mereka kepada pemimpin yang mana ?

Maka Imam Ahmad menjawab “pilihlah yang kuat karena kenapa walaupun agamanya rusak imbas dari kerusakannya itu buat dirinya sendiri (buat pemimpin itu sendiri). tapi kalau pemimpinnya tidak kuat, tidak bisa mengatur, tidak di dengarkan orang banyak, maka kerusakan yang timbul adalah kepada orang banyak.

Dalam perkembngan agama islam paham sekularisme ini memang tidak singkron dengan kaidah islamiah hal ini jelas bertentang dengan prinsip islam. Dalam islam tidak pernah mengenal pemisahan antara agama dan negara, tapi sebenarnya lagi lagi ini adalah rencana barat dalam menghancurkan peradaban islam dimana yang menjadi sasaran mereka adalah kaum muda para generasi bangsa, maka dari itu marilah kita sama sama menjaga persatuan dan kesatuan kita seasama muslim. Wallahu a’lam bishawab

 

  1. Irfan Jailani, Mahasiswa Fakultas Syariah UIN Iman Bonjol Padang, Prodi Hukum Ekonomi Syariah.

 

 

LAMPUNGMEDIAONLINE.COM adalah portal berita online dengan ragam berita terkini, lugas, dan mencerdaskan.

KONTAK

Alamat Redaksi : Jl.Batin Putra No.09-Tanjung Agung-Katibung-Lampung Selatan
Telp / Hp: 0721370156 / 081379029052
E-mail : redaksi.lampungmedia@gmail.com

Copyright © 2017 LampungMediaOnline.Com. All right reserved.

To Top