Oleh : Edi Jatmiko
Pandemi Covid-19 tidak menghalangi kaum radikal untuk terus menyebarkan pengaruhnya.
Mereka memanfaatkan kecanggihan teknologi dan mengadakan kelas online, agar para kader bisa belajar jarak jauh. Hal ini sangat berbahaya karena aktivitas daring bisa susah dilacak. Aksi gerilya di dunia maya ini harus kita waspadai, agar kaum radikal tidak makin merajalela.
Akhir-akhir ini kita sering mengadakan pertemuan melalui aplikasi Zoom atau Google Meet, untuk menghormati aturan physical distancing. Aplikasi ini sangat praktis karena banyak orang bisa berkomunikasi secara online.
Yang penting ada laptop atau komputer atau handphone dan jaringan internet. Sehingga juga dipakai untuk mengadakan seminar atau kelas jarak jauh.
Sayangnya fasilitas yang diberikan oleh aplikas-aplikasi ini juga dimanfaatkan oleh kaum radikal.
Mereka bisa mengadakan online meeting atau pengkaderan secara daring. Para anggota kaum radikal yang bertempat di luar negeri juga bisa mengadakan rapat dengan anggota lain yang ada di pelosok Indonesia. Sehingga mereka bisa mendapat ide bagaimana lagi cara untuk membuat teror yang menghebohkan.
Selain lebih praktis karena hemat uang transpor, kelas online ini lebih aman dari penggrebekan oleh polisi. Karena diadakan di dunia maya yang tidak terlihat secara nyata. Hal ini jadi sebuah peringatan, karena sebuah teknologi ternyata seperti 2 sisi mata uang. Bisa bermanfaat untuk belajar tapi juga bisa digunakan oleh kaum radikal dalam menebar kejahatan.
Kalau sudah begini, bagaimana cara mengatasinya? Pihak berwajib bisa bekerja sama dengan kedua aplikasi (Zoom dan Google Meet) agar bisa melaporkan jika ada sesuatu yang janggal.
Mereka tentu akan mau diajak untuk memberikan data, karena ini demi kepentingan negara. Selain itu, bisa juga dengan memakai jasa hacker agar bisa tahu, mana kelas online yang diadakan oleh kaum radikal. Jadi bisa langsung diadakan penangkapan saat itu juga.
Kita juga wajib waspada dan tidak sembarangan ikut kelas online. Apalagi jika diiming-imingi tiket gratis dan mendapat bonus berupa e-book dan video. Periksa dulu siapa pengisi kelas atau seminar tersebut. Dari mana latar belakangnya? Dulu kuliah di mana? Apakah ia benar-benar kompeten?
Bukannya curiga, tapi kita wajib waspada karena bisa jadi seminar online tersebut adalah kedok dari kaum radikal untuk menyebarkan pengaruhnya. Apalagi jika undangannya tidak resmi melalui email, melainkan lewat grup WA. Sehingga agak susah untuk dilacak siapa sebenarnya sang pengundang. Bisa jadi mereka hanya random alias menyebar undangan ke banyak nomor WA, agar memperbanyak peserta kelas yang tertarik.
Di online meeting, bagaimana cara mengetahui modus operasi dari kaum radikal? Biasanya di awal seminar diperlihatkan bagaimana cara untuk berdamai dan mendekatkan diri kepada-Nya. Namun di tengah-tengah, diperlihatkan video dan berita hoax tentang kebijakan pemerintah yang tidak mereka setujui. Juga ada narasi bahwa presiden adalah orang yang kurang bijak.
Hal itu sudah membuat kita merasa aneh, ini seminar online atau ajang pencucian otak dari para teroris? Segera matikan laptop, komputer, atau smartphone. Jika terus ditonton maka Anda bisa terpengaruh dan dengan mudah direkrut oleh kaum radikal untuk menjadi kadernya. Kelas online jadi tempat untuk mempengaruhi banyak orang, terutama para remaja, karena mereka masih polos dan lebih mudah untuk dibujuk.
Kaum radikal memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang ada di gadget untuk mengadakan rapat secara daring dan kita harus mewaspadainya. Pemilik aplikasi juga wajib bekerjasama agar mau memberi data, jika ternyata ada anggota teroris yang mengadakan online meeting. Kita juga wajib waspada dan tidak sembarangan mengikuti kelas daring, karena bisa jadi penyelenggaranya adalah kaum radikal.
Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini