“Hari kamis saya masih sekolah, tapi hari ini enggak, saya malu sama teman-teman, kan saya anak osis, anak osis itu ketat sama peraturan, masak ya anak osis bajunya disobekin sama guru,” kata Lusi Viana, yang didampingi ayahnya Lukmansyah, saat ditemui awak media di rumahnya, di jalur dua, RK VII, RT 01, Kelurahan Kota Alam, Kotabumi Selatan, Jumat (12/01/2018).
Atas kejadian itu, ia merasa terbebani dengan rasa malu sehingga ia belum bisa mengikuti pelajaran seperti biasanya. Diharapkannya sebagai pendidik seharusnya dewan guru bisa lebih mengetahui kondisi pakaian yang sudah di modis atau modivikasi dengan yang asli didapat dari pasar atau toko.
“Ya pinginnya guru itu lebih tau mana baju yang dikrop mana yang enggak,” ujarnya, seraya mengatakan dirinya belum bisa mengikuti pembelajaran disekolahnya karena masih malu dengan teman-temannya. “Untuk sekarang saya masih malu dengan teman-teman,” ungkapnya.
Sementara Lukmansyah, ayah siswi tersebut juga masih terpukul dengan kejadian itu, dan dia belum bisa menerima sepenuhnya peristiwa yang menimpa putrinya.
“Bukan lagi terpukul, saya ini merasa tidak ada harga lagi, dan itu bukan hanya saya sendiri tapi semua keturunan saya karena kejadian ini,” kata Lukmansyah, yang merupakan keluarga besar warga Panaragan (Tebuk Leban) itu.
Dikatakannya, hingga hari ini (Jumat, 12 Januari 2018) pihak sekolah belum ada yang datang memberikan itikat baik, tetapi menurutnya yang disampaikan pihak sekolah kemarin (Kamis (11/01/2018) surat panggilan atas permasalahan tersebut.
“Seharusnya mereka yang datang kesini, kenapa surat panggilan itu tidak disampaikan ke saya sebelum kejadian ini kalau memang mereka tidak semena-mena melakukan tindakan tegas itu dan kenapa setelah kejadian ini baru ada surat itu,” tegasnya.
Karena menurutnya “Negara kita negara hukum jadi kalau mau saya dia (oknum) diberikan sanksi tegas,” pungkasnya. (Khoiril)